Social Icons

.

Wednesday, September 17, 2014

TGH. MUCHAMMAD SOLEH CHAMBALI BENGKEL AL-AMPENANI LOMBOK






Tuan Guru Bengkel lahir pada waktu Isya’, hari Jum‘at,  pada tanggal 7 Ramadhan 1313 H,  bertepatan dengan tanggal 21 Februari 1896 M di Desa Bengkel, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Ayahandanya Hambali bin Gore tidak berada di samping ibundanya saat melahirkannya, karena sudah wafat ketika ia masih berada dalam kandungan ibunya, dua hari kemudian serorang tokoh agama di Desa Bengkel yang bernama Haji Ali memberinya nama Muchammad Soleh. Tuan Guru Bengkel adalah anak terakhir dari pasangan Hambali bin Gore dengan Rahimah (alias Inak Fatimah). Tuan Guru Bengkel merupakan keturunan Raja Selaparang dan mempunyai enam saudara, yaitu Abu Bakar (alias Amak Gendeng), Qabul Ilyas (alias Amak Amsiah), Daimah (alias Inak Syamsiah), Hj. Khadijah (alias Inak Muhsin), Balok Kejuk (alias Inak Abdurrahman), dan Putraseh (alias Inak Rukaiyah).
Dikisahkan pada saat ibunya masih perawan pernah memohon doa kepada seorang Sayyid dari Bagdad yang datang ke Tanah Sasak (sekitar pertengahan abad ke-19 M)  untuk didoakan mendapatkan anak yang saleh/salehah, dan pada ketika itu banyak orang juga yang momohon doa panjang umur dan selamat dunia akhirat.  Beberapa tahun kemudian Sayid tersebut datang berkunjung lagi ke Bengkel dan menginap di rumah H. Ali. Kemudian diceritakan lagi tentang wanita perawan yang pernah minta doa agar anaknya menjadi saleh dan tentang ayahnya yang telah wafat, maka kemudian didatangkanlah Tuan Guru Bengkel kecil (Muchammad Soleh) ke hadapan Sayyid tersebut dan ketika melihatnya, ia disuruh mendekat dan duduk di hadapannya, sambil memegang kepalanya ia mendoakan baginya, dan ia berkata kepada H. Ali, “Hai H. Ali, inilah anak yang akan diberi oleh Allah ilmu yang menerangi manusia dari gelapnya kebodohan; inilah anak yang akan menolong agama Muhammad saw.; peliharalah anak ini baik-baik dan siapa yang memeliharanya ia akan diberi berkah oleh Allah dan siapa yang mengajarnya satu huruf dari ilmu, insya Allah dia akan mensyafaatnya di akhirat kelak.”
Ibunda Tuan Guru Bengkel adalah perempuan yang salehah, karena menjaga dengan sabar bayi dalam kandungannya, semasa Tuan Guru Bengkel dalam kandungan, ibunya selalu pergi untuk ikut mendirikan shalat Jum’at di daerah Babakan, yakni sebuah masjid terdekat dari Desa Bengkel, yaitu kira-kira 3 km dari jalan sawah. Kebiasaan ibunya untuk ikut mendirikan shalat Jum’at, bukan merupakan suatu kebiasaan yang lazim dilakukan oleh kaum perempuan. Sepulangnya dari mendirikan shalat Jum’at, ibundanya selalu melewati jalan ke Desa Tembelok menziarahi makam ayahnya, Hambali bin Gore.
Tuan Guru Bengkel menjadi yatim piatu setelah ditinggal wafat oleh ibunda tercintanya ketika berusia enam bulan setelah kelahirannya. Rupanya Allah mempunyai rencana lain untuk perjalanan hidupnya. Ia pun diambil menjadi anak angkat oleh Amak Rajab (H. Abdullah) yang menjadi Kepala Desa Bengkel pada waktu itu dan Ibu Rajab yang tidak mempunyai anak dan miskin, setelah mengasuh Tuan Guru Bengkel Allah melimpahkan banyak rezki dan kemudian menjadikan mereka berdua orang kaya di Desa Bengkel.  Hal ini sesuai dengan apa yang pernah didoakan dan dikatakan oleh Sayid yang pernah datang ke Bengkel.

Riwayat Pendidikan dan Silsilah Guru (1903 – 1916)
Pada tahun 1903 M atau tepatnya pada tahun 1320 H ketika Tuan Guru Bengkel berumur tujuh tahun, bapak angkatnya H. Abdullah (Amak Rajab) menitipkannya mengaji Al-Qur’an dan tajwid pada Bapak Ramli (alias Guru Sumbawa) di Desa Bengkel. Dinamakan Guru Sumbawa, karena ia pergi mengaji Al-Qur’an pada seorang guru Al-Qur’an yang ahli tajwid di Taliwang Sumbawa.
Selain itu beliau juga belajar kepada TGH. Abdul Hamid Pagutan Lombok, untuk  belajar Al-Qur’an, ilmu fiqih, dan ilmu agama lainnya. Lima tahun kemudian orangtua angkatnya yang telah menjadi orang kaya di Desa Bengkel berniat untuk mengajak Tuan Guru Bengkel pergi menunaikan ibadah haji. Tradisi haji di masa lalu, ketika seorang berniat menunaikan ibadah haji, maka biasanya ia akan mukim di Tanah Suci untuk menunggu musim haji tiba sambil menuntut ilmu pada beberapa ulama yang ada di Tanah Suci, hal tersebut dikarenakan sulitnya alat transportasi untuk pergi pulang yang membutuhkan waktu yang sangat lama hingga berbulan-bulan.
Kemudian berangkatlah Tuan Guru Bengkel pada saat usianya dua belas tahun, yakni pada tahun 1908 M bertepatan dengan tahun 1325 H, ke Tanah Suci melalui Labuan Haji di Lombok Timur bersama orangtua angkatnya, yaitu Amak Rajab dan Inak Rajab. Rupanya Allah mentakdirkan lain pada ibu angkatnya, yang wafat dua hari sebelum hari tarwiyah haji pada tahun itu, tepatnya pada tanggal 6 Dzulhijjah 1325 H bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 10 Januari 1908 M.
Pada tahun 1325 H/1908 M itulah awal mula Tuan Guru Bengkel menetap di Tanah Suci selama 9 (sembilan) tahun kurang tiga bulan setengah untuk menimba ilmu pengetahuan. Pengembaraan ilmunya mengantarkannya hingga sampai di Madinah.  Kebanyakan masa belajarnya dihabiskan di Makkah al-Mukarramah, baik di Masjid al-Haram maupun di rumah-rumah gurunya. Guru-gurunya tidak hanya yang berasal dari Makkah saja, namun dari negeri India sampai dari daerah Tanah Sasak dan Sumbawa. Tuan Guru Bengkel bukan merupakan orang pertama dari Tanah Sasak yang belajar di Tanah Suci, ada beberapa orang sebelumnya, seperti TGH. Umar Kelayu Lombok Timur dan TGH. Amin Pejeruk Ampenan dan beberapa orang lainnya yang berdomisili dan mengajar di Tanah Suci.
Selama berada di Makkah, Tuan Guru Bengkel tinggal di kampung Maulūd Nabī dan kampung Maulūd ‘Alī. Ia belajar dengan sistem talaqqī (face to face) yang merupakan tradisi yang masih sangat kental pada waktu itu. Pada awal mulanya, Tuan Guru Bengkel belajar Al-Qur’an pada TGH. Amin Pejeruk Ampenan di Masjid al-Haram, Syaikh Misbah al-Banteni di rumahnya kampung Syīb ‘Alī Makkah, TGH. M. Arsyad bin TGH. Umar Sumbawa di rumahnya kampung Syīb ‘Alī Makkah.[1]
Kehausan akan ilmu pengetahuan tidak membuat Tuan Guru Bengkel puas hanya dengan belajar Al-Qur’an saja. Setelah belajar Al-Qur’an, ia pun melanjutkan studi talaqqī-nya dalam ilmu agama pada beberapa orang guru, yaitu TGH. Umar Sumbawa di Masjid al-Haram, TGH. Umar Kelayu Lombok Timur di rumahnya kampung Syāmiah Makkah, TGH. Mali Lombok Timur di rumahnya kampung Jiat Makkah, TGH. Mukhtar Abdul Malik Ampenan Lombok di kampung Sūq Lail Makkah, KH. Usman Serawak di Masjid al-Haram, KH. Mukhtar Bogor di Masjid al-Haram, KH. Akhyar Jakarta di Masjid al-Haram, KH. Salim Cianjur di rumahnya Kampung Qasyāsyiah Makkah, TGH. Abdul Ghani Jemberana Bali di rumahnya Kampung Sūq Lail Makkah, TGH. Abdurrahman Jemberana Bali di rumahnya Kampung Syīb Alī Makkah, TGH. Usman Pontianak Kalimantan di rumahnya Kampung Bāb as-Salām Makkah, TGH. Asy‘ari Sukarbele Lombok di rumahnya Kampung Maulūd Nabī Makkah, TGH. Yahya Jerowaru Lombok di rumahnya Kampung Suq Lail Makkah, Syaikh Sa‘id al-Yamani di Masjid al-Haram, Syaikh Hasan bin Syaikh Sa‘id al-Yamani di Masjid al-Haram, Syaikh Shaleh Bafadhol al-Yamani di Masjid al-Haram, Syaikh Ali Maliki al-Makki di Masjid al-Haram, Syaikh Hamdan al-Maghribi di Masjid al-Haram, Syaikh Abdus Sattar al-Hindi di Masjid al-Haram, Syaikh Sa‘id al-Khadrawi al-Makki di Masjid al-Haram, Syaikh Hasan al-Ghastani al-Makki di Masjid al-Haram dan Syaikh Yusuf an-Nabhani di Masjid al-Haram, Syaikh Zain Serawak di Masjid al-Haram dan Syaikh Zainuddin Sumbawa.[2]
Pada waktu menuntut ilmu, Tuan Guru Bengkel mendapatkan ijazah ilmu yang muttaṣil sampai Nabi Muhammad saw. dari beberapa gurunya yaitu Syaikh Hasan bin Sa‘id al-Yamani dan Syaikh Ali Maliki al-Makki serta dari guru Al-Qur’an-nya di al-Madīnah al-Munawwarah, yaitu Syaikh Alī Umairah al-Fayumi.[3] Belum ada data yang memberikan penjelasan mengenai kitab-kitab apa saja yang Tuan Guru Bengkel pelajari di Tanah Suci, hanya saja diberitakan dalam Manāqib Tuan Guru Bengkel secara umum bahwa pelajaran yang dituntut adalah Al-Qur’an, dan ilmu agama. Namun, terdapat manuskrip/naskah kitabnya yang berjudul as-Siqāyah al-Marīḍah fī Asmā’ al-Kutub al-Fiqhiyyah Li Aṣḥābinā asy-Syāfi‘iyyah yang berisikan katalog kitab-kitab, khususnya Mazhab Syafi‘i yang belum selesai ditulis.[4]
Ia pulang kampung pada pertengahan bulan Puasa, tepatnya tanggal 15 Ramadhan 1334 H bertepatan dengan hari Ahad, 16 Juli 1916 M. umurnya pada saat itu adalah 21 (dua puluh satu) tahun dalam hitungan Hijriah. Setelah kepulangannya pada tahun 1916 hingga wafatnya pada tahun 1968, jumlah keseluruhan istri Tuan Guru Bengkel adalah 12 orang, yaitu Hj. Aminah, Hj. Amnah, Sumenep, Hj. Jamilah, Hj. Zainab, Sarijah, Hj. Aisyah, Hj. Maimunah, Hj. Fatimah, Hj. Jawahir, Hj. Halimah, dan Hj. Aminah. Ia menjalani poligami namun  tidak pernah lebih dari empat orang istri, sebagian ada yang meninggal dan ada yang diceraikannya. Tuan Guru Bengkel dikarunia 8 orang anak, yaitu Hj. Fatimatuzzahra, M. Turmuzi, M. Izzi, M. Zaki, M. Hakki, Hj. Rukaiyah Mukminah, Hj. Zainab Hidayah, dan M. Tamam Shaleh. Dari lima anaknya yang laki-laki, 4 di antaranya meninggal waktu kecil dan yang masih hidup adalah Muhammad Tamam Soleh.

Karya-karya Tuan Guru Saleh Chambali
Tuan Guru Bengkel menelurkan kreativitas intelektualnya semasa hidup adalah dalam rangka menjawab masalah pada zamannya. Tradisi terjemah atau syarḥ (penjelasan) suatu kitab tertentu dalam bahasa Arab dan Arab Melayu merupakan tradisi pada masa itu dan sebelumnya. Misalnya, kitab Syarḥ ad-Daḥlān yang merupakan kitab penjelasan dari kitab Matn al-Ajrūmiyyah atau kitab Syarḥ Ibnu ‘Aqīl yang merupakan penjelasan dari kitab Ibnu ‘Aqīl atau kitab Tuan Guru Bengkel sendiri, yaitu al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah yang merupakan terjemah dari kitab al-Mawā‘iẓ al-Usfūriyyah. Oleh karena itu, kreativitas intelektual yang dilakukan oleh Tuan Guru Bengkel dapat dipetakan menjadi empat bagian, yaitu:
1.    Karya terjemah (murni) dari suatu kitab tertentu. Misalnya, al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah yang merupakan terjemah dari kitab al-Mawā‘iẓ al-Usfūriyyah.
2.    Karya ramuan, yaitu terjemah ditambah dengan beberapa pendapat lainnya dari beberapa kitab. Misalnya, Hidāyah al-Aṭfāl yang merupakan terjemah dari kitab Hidāyah al-Mustafīd.
3.    Karya hasil ‘ijtihad’ sendiri atau dalam pengertian bahwa Tuan Guru Bengkel tidak menyebut dari kitab apa atau pendapat siapa yang ia jadikan marāji’ (referensi).[5] Misalnya, Cempaka Mulia dan lainnya.
4.    Karya kumpulan atau ringkasan yang dilakukan oleh para muridnya, seperti kitab Amalan dan Doa yang ditulis oleh Moh. Syawab (H. Saefuddin, nazirnya).
Berikut ini merupakan hasil-hasil karya (kitab-kitab) Tuan Guru Bengkel yang dapat ditemukan, disusun berdasarkan tahun tertulisnya dalam kitab, yaitu sebagai berikut:
1.            Luqṭah al-Jawharah fī Bayān al-Ginā’ wa al-Mutafaqqirah
Kitab ini belum diterbitkan dan masih dalam bentuk tulisan tangan. Pada bagian akhir naskah ini disebutkan bahwa kitab ini selesai ditulis pada tanggal 16 Ramadhan tahun 1351 H bertepatan pada hari Jum’at tanggal 13 Januari 1933 M.
Kitab Luqṭah al-Jawharah ini membahas masalah tasawuf, lagu, dan tarian serta hal-hal yang berkaitan dengannya. Kitab ini masih lengkap berjumlah 51 halaman dan hanya halaman 28 dan 29 yang tidak ada (hilang) atau belum diketemukan dan kitab ini masih dapat terbaca dengan jelas.
2.            Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh al-Mutaāl
Adalah kitab yang membahas masalah ilmu tajwid dan merupakan terjemah dari kitab Hidāyah al-Mustafīd karangan Muhammad Mahmud yang dikenal dengan sebutan Abū Raimah dengan beberapa penambahan yang perlu. Kitab setebal 53 halaman ini selesai ditulis pada hari Selasa, 30 Januari 1934 M. Terdapat naskah kitab Hidāyah al-Aṭfāl tulisan tangan disusun rapi yang cukup tebal, yaitu 64 halaman, dan merupakan edisi revisi dari cetakan yang pertama, dilengkapi dengan gambar makhraj yang tidak didapat pada kitab Hidāyah al-Aṭfāl edisi pertama.  
Pada halaman sampul kitab Hidāyah al-Aṭfāl edisi revisi ini tertulis “Ilam, bahwasanya ini ṭaba yang kedua kali terlebih baik daripada ṭaba yang pertama, lagi ditambahi dengan kenyataan dan keterangan supaya mudah dipahami adanya.” Naskah ini merupakan naskah yang akan dicetak kembali, akan tetapi belum atau tidak terwujud.
3.            Talīm aṣ-Ṣibyān bi Gāyah al-Bayān
Merupakan kitab yang ditulis dengan metode tanya jawab dan membahas masalah tauhid, fikih, dan tasawuf. Pada hari Jum’at tanggal 13 Desember 1935 kitab ini selesai ditulis oleh Tuan Guru Bengkel. Jumlah halaman kitab ini cukup tebal, yaitu 101 halaman, yang diterbitkan oleh Penerbit dan Percetakan Salim bin Nubhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.
4.            Waṣiyyah al-Muṣṭafā li ‘Alī al-Murtaḍā
Ditulis pada tahun 1956 M. Kitab ini sampai sekarang belum dicetak dan naskahnya masih berbentuk tulisan tangan yang memerlukan pencarian yang lebih jauh untuk menemukan naskah yang lebih bisa terbaca dan lebih lengkap. Naskah ini berisikan nasihat atau petuah yang diberikan oleh Nabi saw. kepada Ali bin Abi Thalib. Naskah setebal 27 halaman ini membicarakan tentang fikih dan akhlak. 
5.            Al-Mawāiẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah
Merupakan kitab hadis yang diterjemahkan dari kitab al-Mawāiẓ al-Usfūriyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah. Kitab ini membahas empat puluh hadis Nabi dan dilengkapi dengan penjelasan nilai historisnya dan beberapa cerita sufi serta akhlak. Kitab ini dicetak pada tahun 1952 di penerbit dan percetakan Salim bin Nabhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.
Kondisi fisik kitab al-Mawāiẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah ini dapat terbaca dengan jelas..
6.            Manẓar al-Amrad fī Bayān Qiṭ‘ah min al-I‘tiqād
Kitab ini merupakan karangan gurunya, yaitu TGH. Umar Kelayu, yang ditulis pada tahun 1878 M dan Tuan Guru Bengkel yang telah mengedit dan menerbitkannya menjadi sebuah kitab atas izin dari anaknya, yaitu TGH. Abdullah bin Tuan Guru Umar Kelayu. Oleh karenanya, dalam hal ini, Tuan Guru Bengkel merupakan editor dari kitab Manẓar al-Amrad ini dan bukannya penulis sebagaimana yang didakwa oleh banyak muridnya. Kitab Manẓar al-Amrad ini dicetak pada tahun 1949, yaitu sembilan belas tahun setelah wafatnya Tuan Guru Umar bersamaan dengan kitab karangan gurunya juga, yaitu al-Lu’lu’ al-Manṡūr tentang kisah Nabi Muhammad, seperti kitab Barzanji. Mengacu pada kitab al-Lu’lu’ al-Manṡūr yang diterbitkan atas nafkah Persatuan Dagang ‘Akar’ Kelayu Lombok Timur dan atas seizin anak TGH. Umar, yaitu TGH. Abdullah Kelayu, maka dapat dikatakan bahwa kitab Manẓar al-Amrad diterbitkan oleh Penerbit Mulia Surabaya, dan hanya saja ini khusus atas nafkah/biaya Tuan Guru Bengkel.  Tuan Guru Bengkel mengedit dan mencetak kitab ini adalah sebagai penghormatan kepada gurunya yang wafat pada tahun 1930 M tepatnya pada tanggal 18 Rabi’ul Akhir 1349 H. Kitab Manẓar al-Amrad ini merupakan terjemah dari beberapa kitab, yaitu: (1) kitab Kifāyah al-‘Awām karya Syaikh al-Faḍālī, (2) Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Ibrāhīm Bajūrī, (3) Matn as-Sanūsī karya Imām Sanūsī al-Mālikī, (4) Syarḥ as-Sanūsī karangan Syaikh Huḍūdī, (5) Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Abdullah asy-Syarqawī, (6) Syarḥ al-Jauhar karangan Syaikh Abd. As-Salām, (7) Ḥāsyiyah Tuḥfah ar-Rāgibīn karangan Syaikh Alī Ruhbānī, (8) Syarḥ al-Wusṭā karya Imām Sanūsī, (9) Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Muhammad Dasūqī. Akan tetapi, kebanyakan kitab yang dipakai dan diterjemahkan adalah kitab Kifāyah al-‘Awām yang berbicara masalah tauhid.
7.            Intan Berlian (Perhiasan) Laki Perempuan
Ada dua versi penulisan pada kitab ini dan terlihat dari perbedaan halaman covernya dan jumlah halamannya, yaitu naskah pertama tertulis sampai halaman 25, dan naskah kedua tertulis sampai halaman 28. Untuk naskah kedua ini terdapat penambahan sebanyak 4 halaman dengan tulisan tangan, yaitu masalah ”tanbīh fī faḍl birr al-wālidain wa ḥuqūqihimā wa syu’m al-‘itq”. Pada bagian terakhir kitab ini diungkap bahwa kitab ini selesai ditulis pada hari Selasa, 9 Oktober 1951.
Kitab Intan Berlian ini berbicara masalah akhlak rumah tangga (suami istri) berdasarkan hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ali dan istrinya Fatimah az-Zahra’. Tidak terdapat tulisan yang menjelaskan siapa penerbitnya.
8.            Jamuan Tersaji (pada) Manasik Haji
Kitab tentang haji yang komprehensif pada masa itu. Naskah yang lengkap disertai dengan gambar penentu arah kiblat dan selesai ditulis pada hari Jum’at, 8 Oktober 1954 M bertepatan dengan 10 Shafar 1374 H.
Naskah kitab Jamuan Tersaji ini termasuk tebal, yaitu berjumlah 73 halaman, termasuk halaman komentar dan daftar isi. Tertulis rapi, bagus, dan dapat terbaca dengan jelas sekali, serta belum dicetak dan hanya halaman depannya saja, yaitu gambar peta yang kurang terbaca secara jelas.
9.            Risalah yang Kecil Sekali pada Menyatakan Thawaf Perempuan yang Haid atau Nifas
Merupakan terjemah dari kitab karya Najm ad-Dīn Abd. ar-Raḥmān bin Syams ad-Dīn Ibrāhīm. Kitab ini diperoleh dari H. Saefuddin Bengkel beserta kitab Jamuan Tersaji dan belum dicetak. Dinamakan risalah kecil sekali karena jumlah halamannya yang hanya 9 halaman beserta halaman muka. Risalah kecil ini selesai diterjemahkan pada tanggal 10 Shafar 1374 H bertepatan dengan tanggal 8 Oktober 1954 M. Risalah ini masih dalam bentuk tulisan tangan dan masih dapat dibaca dengan jelas.
10.          Cempaka Mulia Perhiasan Manusia
Merupakan kitab akhlak dengan jumlah 29 halaman yang ditulis pada tanggal 15 Muharram 1376 H bertepatan dengan hari Rabu, 22 Agustus 1956 M.
Dari segi bentuk tulisan, naskah kitab Cempaka Mulia ini terlihat dari satu sumber saja, atau dalam bahasa lain satu penulis, kemudian dicopi dan disebarkan kepada para murid. Naskah ini masih dalam bentuk tulisan tangan dan belum dicetak.
11.          Bintang Perniagaan pada Kelebihan Perusahaan
Kitab yang membahas tentang usaha perdagangan atau dapat dikatakan kitab tentang manajeman usaha, yang ditulis delapan tahun sebelum Tuan Guru Bengkel wafat, yaitu pada tahun 1960. Jumlah halaman kitab ini sebanyak 58 termasuk 1 halaman sampul, 2 halaman komentar, dan 2 halaman keterangan. Kitab ini diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Pribadi Surabaya dan masyhur di kalangan murid dan masyarakat.
Naskah asli kitab Bintang Perniagaan ini masih banyak dikoleksi oleh para murid Tuan Guru Bengkel sebagaimana juga naskah kitab Ta‘līm aṣ-Ṣibyān.
12.          Jalan Kemenangan yang Benar (pada) Menyatakan Jalan Taubat yang Sebenar
Kitab ini merupakan terjemah dari kitab karangan gurunya, yaitu Syaikh Muhammad Alī bin Ḥusain al-Malikī al-Makkī yang berjudul Manhaj al-Fauz aṣ-Ṣāliḥ bi Bayān Sabīl at-Taubah an-Naṣūḥ. Pada bagian akhir dari kitab ini, Tuan Guru Bengkel menambahkan dengan beberapa doa. Kitab ini berbicara mengenai konsep taubat yang benar dan implementasinya.  Kitab ini mulai ditulis pada hari Ahad, 8 November 1964 yang bertepatan dengan tanggal 3 Rajab 1384 H. dan dalam kitab ini tidak disebutkan kapan selesai ditulis, yang biasanya ditulis pada akhir kitab. Kitab ini juga belum dikomentari oleh para Tuan Guru Tanah Sasak.
Kondisi kitab ini masih lengkap dan bagus, hanya saja masih dalam tulisan pensil yang ditulis oleh Tuan Guru Asy’ari. Kemudian kitab ini diserahkan kepada katib setelahnya untuk disalin (agar tulisannya lebih jelas), yaitu kepada Ust. Sahyun. Naskah kitab ini kemudian disalin oleh ust. Sahyun untuk dicetak, akan tetapi kitab ini tidak/belum sempat dicetak.
13.           Wirid 17 (Rātib al-Barakah)
Kitab kecil Wirid 17 ini merupakan wirid atau Rātib al-Barakah yang ditulis oleh Syaikh al-Barakah al-Qudwah Umar bin Abd ar-Rahmān bin Aqīl bin Salīm bin Abd Allāh bin Abd ar-Rahmān Bā'alawī al-Haḍramī. Kitab ini diedit/disalin oleh Tuan Guru Bengkel dan dicetak olehnya. Ust. M. Sahyun Abdullah adalah sekretarisnya yang menulis kitab ini untuk dicetak di Surabaya. Kitab ini masih dapat terbaca dengan jelas dan berjumlah 10 (sepuluh) halaman termasuk halaman depan/covernya. Wirid ini sebaiknya atau dianjurkan untuk dibaca sesudah mendirikan shalat Isya' tiap malamnya dan pada bulan Ramadhan sebelum shalat Isya' dan setiap pagi dan sore bagi siapa saja yang mempunyai hajat mendesak kepada Allah. Tidak ada catatan tertulis mengenai kapan kitab kecil ini ditulis, hanya saja pada bagian akhir kitab ini tertulis bahwa dikirim oleh seorang mufti Makkah, Syaikh Ḥasan Sa'īd al-Yamānī yaitu guru Tuan Guru Bengkel, pada tahun 1375 H/1955 M dan kemudian ditulis ulang dan diedit dan diberi kata pengantar oleh Tuan Guru Bengkel pada tahun 1965 M.   
14.          As-Siqāyah al-Marīḍah fī Asmā’ al-Kutub asy-Syāfiiyyah
Merupakan katalog nama-nama kitab Mazbah Syafii yang disertai dengan pengarang, juga sekaligus nasab mereka. Kitab ini sebagaimana kitab Cempaka Mulia, sepertinya belum selesai disalin, atau mungkin telah selesai disalin, hanya saja baru didapat beberapa halaman saja. 
15.          Permaiduri
Nama kitab ini didapat dari penuturan dan manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Menurut TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin, naskah ini merupakan kitab yang membahas masalah akhlak. Kitab ini belum ditemukan sampai sekarang.[6]
16.          ‘Ilm al-Manṭiq
Nama kitab ‘Ilmu al-Manṭiq, akan tetapi sampai sekarang kitab ini belum ditemukan. Nama kitab ini dan kitab Permaiduri kemudian secara jelas didapatkan dari catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin yang ditulis setelah tulisan tentang wasiat Tuan Guru Bengkel yang dinaqal oleh TGH. Azhar Bagu. Tulisan mengenai kumpulan kitab-kitab Tuan Guru Bengkel ini ditulis oleh TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin sendiri dengan bahasa Arab Melayu yang berbunyi: “Karangannya: Hidāyah al-Aṭfal, Ta‘līm aṣ-Ṣibyān, [al-] Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah, Intan Berlian, Bintang Perniagaan, Permaiduri, Pesaji Manasik Haji, Waṣiyyah al-Muṣṭafā, Ilmu Mantiq.[7]
17.          Dalīl al-Ḥaul
Merupakan kitab yang memuat dasar dan argumen bolehnya mengadakan haul.  Kitab ini didapat dari manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Jumlah halaman kitab ini adalah 22 halaman. Kitab ini mengambil rujukan dari Al-Qur’an, kitab Żakhīrah al-Ma‘ād Syarḥ Rātib al-Ḥaddād, dan Pendapat TGH. Mutawalli Jerowaru bin TGH. Yahya.[8]
18.          Piagem beserta Ajat Qoer’an
Merupakan penjelasan tentang tafsiran beberapa ayat-ayat Al-Qur’an, huruf-huruf dan al-asmā’ al-ḥusnā. Dalam kitab ini juga dijelaskan tentang silsilah keturunan Tuan Guru Bengkel beserta beberapa persoalan fikih. Kitab ini ditulis tangan dengan sebagian memakai bahasa Indonesia Latin dengan ejaan lama dan sebagian lainnya terutama pada hal silsilah memakai tulisan Arab Melayu. Jumlah halaman kitab ini adalah 9 halaman.  
19.          Doa dan Zikir
Merupakan lembaran yang terserak penuh dengan amalan zikir dan doa yang disalin oleh para katibnya. Ada juga yang dalam bentuk kumpulan yang disusun oleh muridnya, seperti yang dilakukan oleh H. Saefuddin.
Pemikiran Tuan Guru Bengkel
Pemikiran Islam Tuan Guru Bengkel memiliki sifat kontekstual dengan masyarakat Sasak, khususnya pada awal abad ke-20. Pengaruh Hindu yang merasuk kuat dalam tradisi dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat Sasak, seperti dalam upacara pernikahan selalu diiringi dengan musik dan tarian,  menjadi dasar Tuan Guru Bengkel menulis kitab pertamanya tentang hukum bernyanyi dan menari. Dalam kitab Luqṭah al-Jawharah ini, Tuan Guru Bengkel tidak hanya membahas hukum tari dan lagu saja tanpa memberikan solusi alternatif, akan tetapi Tuan Guru Bengkel mengenalkan kehidupan sufistik bagi masyarakat Sasak pada waktu itu. Kehidupan sufistik yang ditawarkan oleh Tuan Guru Bengkel bukan hanya dalam bahasa kitab saja, akan tetapi ia menjalani dan menjadikannya sebagai baju kesehariannya.
Bukti kehidupan sufistik Tuan Guru Bengkel terlihat dari sikap tidak masuknya dalam wilayah politik praktis. Ia lebih memilih hidup dengan para santrinya, yatim piatu, dan masyarakat. Setiap hari ia selalu menyempatkan makan bersama anak-anak yatim. Hidupnya adalah untuk berkhidmah kepada masyarakat. Dipilihnya tarekat Qadiriyah Khalwatiyah sebagai bagian dari baju sufistiknya adalah karena wiridnya tidak terlalu menyibukkannya untuk melakukan kegiatan sehari-hari yang lebih penting. Dalam pengertian lain bahwa kepentingan umat lebih diutamakan daripada kepentingan pribadinya.
Tuan Guru Bengkel dalam melakukan dakwah secara bertahap. Pembebasan masyarakat Sasak dari kebodohan membaca Al-Qur’an adalah pekerjaan utamanya. Untuk menopang dakwahnya ini, ia secara sadar membuat Perguruan Darul Qur’an wal Hadis. Oleh karenanya, ketika membaca al-Fatihah menjadi rukun shalat dan untuk memahami agama harus merujuk kepada Al-Qur'an, saat itu pula Tuan Guru Bengkel memandang perlu adanya kitab panduan belajar Al-Qur’an dan menulisnya dalam bahasa Arab Melayu dengan judul Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh al-Muta‘āl. Yakni, sebuah kitab dengan metode modern (tanya jawab) pada saat itu sehingga mudah dipahami sebagaimana yang dikomentari oleh Abdul Hamid bin Sulaiman, Mustafa Bakri al-Bukhari dan Muhammad Rais Sukarbele.[9]
Wasiat dan Wafat
Tuan Guru Bengkel menulis sebuah wasiat 18 (delapan belas) hari sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Wasiatnya ini ditulis oleh TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin. Dalam awal wasiatnya, tertulis dengan jelas “…barangkali inilah pertemuan yang terakhir antara saya dan kamu sekalian….”[10] Berikut wasiat lengkapnya:
As-salām ‘alaikum wa raḥmah Allāh wa barakātuh
Al-ḥamd li Allāh Rabb al-‘ālamīn wa aṣ-ṣalāh wa as-salām ‘alā asyraf al-mursalīn wa ‘alā ālih wa aṣhabih ajma‘īn, ammā ba‘d.
Syukur alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah Subḥānah Wa Ta‘ālā bahwa pertemuan ini dapat kita langsungkan pada hari ini, barangkali inilah pertemuan yang terakhir antara saya dan kamu sekalian. Oleh karena itu saya amanatkan sebagai berikut:
1.            Amalkan segala pelajaran dan petunjuk yang kamu peroleh dari saya dan usahakan agar pengetahuanmu bertambah dengan menuntut ilmu pada ulama’ Ahl as-Sunnah wa al-Jamā‘ah;
2.            Selain dari itu saya minta padamu semua agar dipelihara terus Perguruan Darul Qur’an dan usahakan supaya berkembang menjadi besar;
3.            Peliharalah dan pertinggikan paham Ahl as-Sunnah wa al-Jamā‘ah dan jagalah persatuan dan kesatuan antaramu semua.
Inilah amanat saya padamu dan peliharalah baik-baik.
Dalil-dalil yang pertama sampai ketiga:
1.            Man ‘amila bimā ‘alima ‘allamahu Allāh ‘ilma mā lam yalam. (hadis)
2.            Sabda Nabi saw.: “Iżā māta ibn ādam inqaṭa‘a ‘amaluh illā min ṡalāṡin: ṣadaqatin jāriyatin wa ‘ilmin yuntafa‘u bih wa waladin ṣālihin yad‘ū lah ba‘da mautih.”
3.            Qāla Allāh taālā: “Wa’taṣimū bi ḥabl Allāh jamī‘an wa lā tafarraqū.”[11]
Setelah hari Senin, tanggal 20 Agustus 1968 M/25 Jumada al-Ula 1388 H yang merupakan pertemuan terakhirnya dengan para santri dan masyarakat, sekitar jam 07.30 tepat ketika matahari dari timur mulai menampakkan diri dan menghangatkan semesta, ia dipanggil ke hadirat Allah swt. Pada hari Sabtu (hari setelah hari Jum’at ia dilahirkan) tanggal 7 September 1968 M bertepatan dengan tanggal 13 Jumada al-Akhirah 1388 H.[12]
Pada hari Sabtu itu juga, waktu sore jam 17.00, jenazah Tuan Guru Bengkel dimakamkan tepatnya di depan Masjid Jami’ M. Shaleh Hambali yang sekarang. Bertindak sebagai pembaca talqīn adalah TGH. Ibrahim Khalidi, Kediri, Lombok Barat, Pimpinan Ponpes Islahuddin dan yang menyampaikan kata-kata Ta’ziah adalah TGH. Abhar Pagutan Lombok Barat.[13]


Daftar Pustaka
Chambali, M. Soleh, Luqtatu al-Jauharati fī Bayāni al-Ghinā’i wa al-Mutafaqqirati, tulisan tangan, 1933.
___________, Hidāyatu al-Athfāli fī Tajwīdi Kalāmi Allāhi al-Muta‘ālī, Jakarta: Percetakan Harun bin Ali Ibrahim, 1934.
___________, Ta’lim ash-Shibyan bigharah al-Bayan, Surabaya: Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1935.
___________, Washiyat al-Mushtafa, tulisan tangan, 1937.
___________, al-Mawā’izhu ash-Shālihiyyati fī al-Ahādītsi an-Nabawiyyati, Surabaya: Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1945.
___________, Manzaru al- Amradi fī Bayāni Qith’atin min al-I’tiqādi, Surabaya: Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1949.
___________, Intan Berlian Perhiasan Laki Perempuan, Surabaya: Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1951.
___________, Jamuan Tersaji Pada Manasik Haji, tulisan tangan, 1952.
___________, Risalah Kecil Pada Menyatakan Thawaf Perempuan yang Haid atau Nifas, tulisan tangan, 1954.
___________, Cempaka Mulia Perhiasan Manusia, tulisan tangan, 1956.
___________, Bintang Perniagaan, Surabaya: Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1957.
___________, Matnu al-Bayāni wa Mi’rāju ash-Shibyāni, tulisan tangan, 1957.
___________, Jalan Kemenangan Pada Menyatakan Taubat yang Sebenar, tulisan tangan, 1964.
___________, 17 Wirid (Rātibu al-Barakati), tp. 1965.
___________, As-Siqāyatu al-Marīdatu fī Asmā’i al-Kutubi asy-Syāfi’yyati, tulisan tangan, tt.
___________, Manuskrip Piagam dan al-Qur’an

Fadli, Adi, Sejarah Pendidikan Islam di Tanah Sasak, makalah seminar tentang Sejarah Pendidikan Islam di Lombok, di Ponpes al-Asma’ al-Husna Tanak Beak Pemangket Lombok Tengah, September 2006.
Fadli, Adi, Pemikiran Islam Lokal (Studi Pemikiran Tuan Guru Haji Muchammad Soleh Chambali Bengkel Al-Ampenani), Disertasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011.

Fadly, Ahyar, Islam Lokal: Akulturasi Islam di Bumi Sasak, Bagu: STAIIQ Press, 2008.
Faisol, Shoimun, Tuan Guru Haji Muhammad Shaleh Hambali Bengkel al-Anfanani dan Tasawuf al-Ghazali, Laporan Hasil Penelitian STAIN Mataram 1999.
Ghozi, Asmak Hisyam, Riwayat Hidup TGH M. Shaleh Hambali Bengkel, tanpa tahun dan tidak dipublikasikan.
Manuskrip Piagam Beserta Ajat Qoer'an
Mansur, Ahmad Taqiuddin, TGH. Muhammad Sholeh Hambali Perjuangan dan Pemikirannya (Study Kasus Pondok Pesantren Darul Qur’an Bengkel Lombok Barat), Tesis, IAI Ibrahimi Sitobondo, 2006
Muhyiddin, Abhar, Najmul Huda, Surabaya: Taufik, tt.
___________, Serba-serbi Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan Lombok Barat.
“Mengenal Lebih Dekat TGH Soleh Chambali Bengkel: Darul Qur’an Membina dan Mencerdaskan Bangsa” dalam Lombok Post, 12-13 Oktober 2006.
“TGH Muhammad Shaleh Hambali” dalam Majalah Religi, edisi 04/16-3/April-Mei/2007.
“Kitab-kitab TGH Muhammad Shaleh Hambali yang Terabaikan” dalam Majalah Religi, edisi 04/16-3/April-Mei/2007.



[1]Manuskrip Manāqib, hlm. 1-2
[2]Ibid.;
[3]Ibid.; manuskrip guru Tuan Guru Bengkel koleksi TGH. Asy’ari Masbagik.
[4]Naskah kitab ini belum selesai ditulis oleh Tuan Guru Bengkel atau mungkin sudah selesai ditulis oleh Tuan Guru Bengkel dan belum selesai disalin oleh sekretarisnya. Naskah kitab ini didapat dari koleksi H. Saefuddin Zuhri (alias Moh. Sjawab) Bengkel.
[5]Merupakan tradisi Tuan Guru Bengkel ketika menulis sebuah kitab, ia sampaikan pada awal sampulnya bahwa kitab ini merupakan kitab terjemah atau diambil dari beberapa pendapat atau lainnya.
[6] manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin hlm. 70.
[7]Ibid.
[8]Lihat Manuskrip Catatan Harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin, hlm. 39 – 60.
[9]M. Soleh Chambali, Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh al-Muta‘āl, (Jakarta: Percetakan Harun bin Ali Ibrahim, 1934), hlm. 52-53.
[10]Manuskrip wasiat Tuan Guru Bengkel didapat dari TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin dan juga H. Saefuddin Bengkel..
[11]Ibid.
[12]Manuskrip tentang wafat Tuan Guru Bengkel koleksi H. Saefuddin Bengkel.
[13]Surat Keterangan Meninggal TGH. M. Shaleh Hambali Bengkel, yang dibuat lima tahun kemudian, yaitu tanggal 10 September 1983, dibuat oleh Penghulu Desa Bengkel H. Asroruddin dan ditandatangani oleh Kepala Dusun Bengkel Moh. Bakri, dan Kepala Desa Bengkel H. Akh. Ramli dan Kepala Wilayah Kecamatan Labuapi, Djohan BA. Manuskrip milih H. Saefuddin Bengkel. TGH. Abhar adalah murid Tuan Guru Bengkel yang secara khusus diberikan ijazah ilmu tarekat Qadariyah yang kemudian mendirikan Ponpes Tarekat di Pagutan.

No comments:

Post a Comment

 
 
Blogger Templates