Tuan Guru Bengkel lahir
pada waktu Isya’, hari Jum‘at, pada tanggal
7 Ramadhan 1313 H, bertepatan dengan tanggal 21 Februari 1896 M di Desa
Bengkel, Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Ayahandanya
Hambali bin Gore tidak berada di samping ibundanya saat melahirkannya,
karena sudah wafat ketika ia masih
berada dalam kandungan ibunya, dua hari kemudian serorang tokoh agama di Desa Bengkel yang
bernama Haji Ali memberinya nama
Muchammad Soleh. Tuan Guru Bengkel adalah anak terakhir dari pasangan
Hambali bin Gore dengan Rahimah (alias Inak Fatimah). Tuan Guru Bengkel
merupakan keturunan Raja Selaparang dan mempunyai enam saudara, yaitu Abu Bakar
(alias Amak Gendeng), Qabul Ilyas (alias Amak Amsiah), Daimah (alias Inak
Syamsiah), Hj. Khadijah (alias Inak Muhsin), Balok Kejuk (alias Inak
Abdurrahman), dan Putraseh (alias Inak Rukaiyah).
Dikisahkan pada saat ibunya masih perawan pernah memohon doa kepada
seorang Sayyid dari Bagdad yang datang ke Tanah Sasak (sekitar pertengahan abad
ke-19 M) untuk didoakan mendapatkan
anak yang saleh/salehah, dan pada ketika itu banyak orang juga yang momohon doa
panjang umur dan selamat dunia akhirat. Beberapa tahun kemudian Sayid tersebut datang
berkunjung lagi ke Bengkel dan menginap di rumah H. Ali. Kemudian diceritakan
lagi tentang wanita perawan yang pernah minta doa agar anaknya menjadi saleh
dan tentang ayahnya yang telah wafat, maka kemudian didatangkanlah Tuan Guru
Bengkel kecil (Muchammad Soleh) ke hadapan Sayyid tersebut dan ketika
melihatnya, ia disuruh mendekat dan duduk di hadapannya, sambil memegang
kepalanya ia mendoakan baginya, dan ia berkata kepada H. Ali, “Hai H. Ali,
inilah anak yang akan diberi oleh Allah ilmu yang menerangi manusia dari
gelapnya kebodohan; inilah anak yang akan menolong agama Muhammad saw.;
peliharalah anak ini baik-baik dan siapa yang memeliharanya ia akan diberi
berkah oleh Allah dan siapa yang mengajarnya satu huruf dari ilmu, insya Allah
dia akan mensyafaatnya di akhirat kelak.”
Ibunda Tuan Guru Bengkel adalah perempuan yang salehah, karena
menjaga dengan sabar bayi dalam kandungannya, semasa Tuan Guru Bengkel dalam
kandungan, ibunya selalu pergi untuk ikut mendirikan shalat Jum’at di daerah Babakan,
yakni sebuah masjid terdekat dari Desa Bengkel, yaitu kira-kira 3 km dari jalan
sawah. Kebiasaan ibunya untuk ikut mendirikan shalat Jum’at, bukan merupakan
suatu kebiasaan yang lazim dilakukan oleh kaum perempuan. Sepulangnya dari mendirikan shalat Jum’at, ibundanya selalu
melewati jalan ke Desa Tembelok menziarahi makam ayahnya, Hambali bin Gore.
Tuan Guru Bengkel menjadi yatim piatu
setelah ditinggal wafat oleh ibunda
tercintanya ketika berusia
enam bulan setelah kelahirannya.
Rupanya Allah mempunyai rencana
lain untuk perjalanan hidupnya. Ia pun diambil menjadi anak angkat oleh Amak
Rajab (H. Abdullah) yang menjadi Kepala Desa Bengkel pada waktu itu dan Ibu
Rajab yang tidak mempunyai anak dan miskin, setelah
mengasuh Tuan Guru Bengkel Allah melimpahkan banyak rezki dan kemudian menjadikan
mereka berdua orang kaya di Desa Bengkel. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah didoakan
dan dikatakan oleh Sayid yang pernah datang ke Bengkel.
Riwayat
Pendidikan
dan Silsilah Guru
(1903 – 1916)
Pada tahun 1903 M atau tepatnya pada
tahun 1320 H ketika Tuan Guru Bengkel berumur tujuh tahun, bapak angkatnya H.
Abdullah (Amak Rajab) menitipkannya mengaji Al-Qur’an dan tajwid pada Bapak
Ramli (alias Guru Sumbawa) di Desa Bengkel. Dinamakan Guru Sumbawa, karena ia
pergi mengaji Al-Qur’an pada seorang guru Al-Qur’an yang ahli tajwid di
Taliwang Sumbawa.
Selain itu beliau juga
belajar kepada TGH. Abdul Hamid Pagutan Lombok, untuk belajar Al-Qur’an, ilmu fiqih, dan ilmu agama lainnya. Lima tahun kemudian
orangtua angkatnya yang telah menjadi orang kaya di Desa Bengkel berniat untuk
mengajak Tuan Guru Bengkel pergi menunaikan ibadah haji. Tradisi haji di masa lalu,
ketika seorang berniat menunaikan ibadah haji, maka biasanya ia akan mukim di
Tanah Suci untuk menunggu musim haji tiba sambil menuntut ilmu pada beberapa
ulama yang ada di Tanah Suci, hal tersebut dikarenakan sulitnya alat
transportasi untuk pergi pulang yang membutuhkan waktu yang sangat lama hingga
berbulan-bulan.
Kemudian berangkatlah Tuan
Guru Bengkel pada saat usianya dua belas tahun, yakni pada tahun 1908 M
bertepatan dengan tahun 1325 H, ke Tanah Suci melalui Labuan Haji di Lombok
Timur bersama orangtua angkatnya, yaitu Amak Rajab dan Inak Rajab. Rupanya Allah
mentakdirkan lain pada ibu angkatnya, yang wafat dua hari sebelum hari tarwiyah
haji pada tahun itu, tepatnya pada tanggal 6 Dzulhijjah 1325 H bertepatan
dengan hari Jum’at tanggal 10 Januari 1908 M.
Pada tahun 1325 H/1908 M itulah awal mula Tuan Guru
Bengkel menetap di Tanah Suci selama 9 (sembilan) tahun kurang tiga bulan
setengah untuk menimba ilmu pengetahuan. Pengembaraan ilmunya mengantarkannya hingga sampai
di Madinah. Kebanyakan masa belajarnya dihabiskan di
Makkah al-Mukarramah, baik di Masjid al-Haram maupun di rumah-rumah gurunya.
Guru-gurunya tidak hanya yang berasal dari Makkah saja, namun dari negeri India
sampai dari daerah Tanah Sasak dan Sumbawa. Tuan Guru Bengkel bukan merupakan
orang pertama dari Tanah Sasak yang belajar di Tanah Suci, ada beberapa orang
sebelumnya, seperti TGH. Umar Kelayu Lombok Timur dan TGH. Amin Pejeruk Ampenan
dan beberapa orang lainnya yang berdomisili dan mengajar di Tanah Suci.
Selama berada di Makkah, Tuan Guru Bengkel tinggal di
kampung Maulūd Nabī dan kampung Maulūd ‘Alī. Ia belajar dengan sistem talaqqī (face to face) yang merupakan
tradisi yang masih sangat kental pada waktu itu. Pada awal mulanya, Tuan Guru
Bengkel belajar Al-Qur’an pada TGH. Amin Pejeruk Ampenan di Masjid al-Haram,
Syaikh Misbah al-Banteni di rumahnya kampung Syīb ‘Alī Makkah, TGH. M. Arsyad
bin TGH. Umar Sumbawa di rumahnya kampung Syīb ‘Alī Makkah.[1]
Kehausan akan ilmu pengetahuan tidak
membuat Tuan Guru Bengkel puas hanya dengan belajar Al-Qur’an saja. Setelah
belajar Al-Qur’an, ia pun melanjutkan studi talaqqī-nya dalam ilmu agama pada beberapa
orang guru, yaitu TGH. Umar Sumbawa di Masjid al-Haram, TGH. Umar Kelayu Lombok
Timur di rumahnya kampung Syāmiah Makkah, TGH. Mali Lombok Timur di rumahnya
kampung Jiat Makkah, TGH. Mukhtar Abdul Malik Ampenan Lombok di kampung Sūq
Lail Makkah, KH. Usman Serawak di Masjid
al-Haram, KH. Mukhtar Bogor di Masjid
al-Haram, KH. Akhyar Jakarta di Masjid
al-Haram, KH. Salim Cianjur di rumahnya Kampung Qasyāsyiah Makkah, TGH. Abdul
Ghani Jemberana Bali di rumahnya Kampung Sūq Lail Makkah, TGH. Abdurrahman
Jemberana Bali di rumahnya Kampung Syīb Alī Makkah, TGH. Usman Pontianak Kalimantan
di rumahnya Kampung Bāb as-Salām Makkah, TGH. Asy‘ari Sukarbele Lombok di
rumahnya Kampung Maulūd Nabī Makkah, TGH. Yahya Jerowaru Lombok di rumahnya Kampung
Suq Lail Makkah, Syaikh Sa‘id al-Yamani di Masjid al-Haram, Syaikh Hasan bin
Syaikh Sa‘id al-Yamani di Masjid al-Haram, Syaikh Shaleh Bafadhol al-Yamani di Masjid
al-Haram, Syaikh Ali Maliki al-Makki di Masjid al-Haram, Syaikh Hamdan
al-Maghribi di Masjid al-Haram, Syaikh Abdus Sattar al-Hindi di Masjid al-Haram,
Syaikh Sa‘id al-Khadrawi al-Makki di Masjid al-Haram, Syaikh Hasan al-Ghastani
al-Makki di Masjid al-Haram dan Syaikh Yusuf an-Nabhani di Masjid al-Haram,
Syaikh Zain Serawak di Masjid al-Haram dan Syaikh Zainuddin Sumbawa.[2]
Pada waktu menuntut
ilmu, Tuan Guru Bengkel mendapatkan ijazah ilmu yang muttaṣil sampai
Nabi Muhammad saw. dari beberapa gurunya yaitu Syaikh Hasan bin Sa‘id al-Yamani
dan Syaikh Ali Maliki al-Makki serta dari guru Al-Qur’an-nya di al-Madīnah al-Munawwarah, yaitu Syaikh Alī
Umairah al-Fayumi.[3] Belum ada data yang memberikan penjelasan mengenai kitab-kitab
apa saja yang Tuan Guru Bengkel pelajari di Tanah Suci, hanya saja diberitakan dalam
Manāqib Tuan Guru Bengkel secara umum
bahwa pelajaran yang dituntut adalah Al-Qur’an, dan ilmu agama. Namun, terdapat
manuskrip/naskah kitabnya yang berjudul as-Siqāyah
al-Marīḍah fī Asmā’ al-Kutub al-Fiqhiyyah Li Aṣḥābinā asy-Syāfi‘iyyah yang
berisikan katalog kitab-kitab, khususnya Mazhab Syafi‘i yang belum selesai
ditulis.[4]
Ia pulang kampung pada pertengahan bulan Puasa, tepatnya
tanggal 15 Ramadhan 1334 H bertepatan dengan hari Ahad, 16 Juli 1916 M. umurnya pada saat
itu adalah 21 (dua puluh satu) tahun dalam hitungan Hijriah. Setelah kepulangannya
pada tahun 1916 hingga wafatnya pada tahun 1968, jumlah keseluruhan istri Tuan Guru Bengkel
adalah 12 orang, yaitu Hj. Aminah, Hj. Amnah, Sumenep, Hj. Jamilah, Hj. Zainab,
Sarijah, Hj. Aisyah, Hj. Maimunah, Hj. Fatimah, Hj. Jawahir, Hj. Halimah, dan
Hj. Aminah. Ia menjalani poligami namun tidak pernah lebih
dari empat orang istri, sebagian ada yang
meninggal dan ada yang diceraikannya. Tuan Guru Bengkel
dikarunia 8 orang anak, yaitu Hj. Fatimatuzzahra, M. Turmuzi, M. Izzi, M. Zaki,
M. Hakki, Hj. Rukaiyah Mukminah, Hj. Zainab Hidayah, dan M. Tamam Shaleh. Dari
lima anaknya yang laki-laki, 4 di antaranya meninggal waktu kecil dan yang
masih hidup adalah Muhammad Tamam Soleh.
Karya-karya Tuan Guru Saleh Chambali
Tuan Guru Bengkel menelurkan
kreativitas intelektualnya semasa hidup adalah dalam rangka menjawab masalah
pada zamannya. Tradisi terjemah atau syarḥ (penjelasan) suatu kitab
tertentu dalam bahasa Arab dan Arab Melayu merupakan tradisi pada masa itu dan
sebelumnya. Misalnya, kitab Syarḥ ad-Daḥlān yang merupakan kitab
penjelasan dari kitab Matn al-Ajrūmiyyah atau kitab Syarḥ Ibnu ‘Aqīl yang
merupakan penjelasan dari kitab Ibnu ‘Aqīl atau kitab Tuan Guru Bengkel
sendiri, yaitu al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah yang merupakan terjemah dari kitab al-Mawā‘iẓ al-‘Usfūriyyah. Oleh karena itu, kreativitas intelektual
yang dilakukan oleh Tuan Guru Bengkel dapat dipetakan menjadi empat bagian,
yaitu:
1.
Karya terjemah (murni) dari suatu kitab tertentu.
Misalnya, al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah yang merupakan terjemah dari
kitab al-Mawā‘iẓ
al-‘Usfūriyyah.
2.
Karya ramuan, yaitu terjemah ditambah dengan
beberapa pendapat lainnya dari beberapa kitab. Misalnya, Hidāyah
al-Aṭfāl yang
merupakan terjemah dari kitab Hidāyah al-Mustafīd.
3.
Karya hasil ‘ijtihad’ sendiri atau dalam pengertian
bahwa Tuan Guru Bengkel tidak menyebut dari kitab apa atau pendapat siapa yang
ia jadikan marāji’ (referensi).[5] Misalnya, Cempaka Mulia dan lainnya.
4.
Karya
kumpulan atau ringkasan yang dilakukan oleh para muridnya, seperti kitab Amalan dan Doa yang ditulis oleh Moh. Syawab (H. Saefuddin, nazirnya).
Berikut ini merupakan
hasil-hasil karya (kitab-kitab) Tuan Guru Bengkel yang dapat ditemukan, disusun berdasarkan tahun
tertulisnya dalam kitab, yaitu sebagai berikut:
1.
Luqṭah al-Jawharah fī Bayān al-Ginā’ wa al-Mutafaqqirah
Kitab ini belum diterbitkan
dan masih dalam bentuk tulisan tangan. Pada bagian akhir naskah ini disebutkan
bahwa kitab ini selesai ditulis pada tanggal 16 Ramadhan tahun 1351 H bertepatan
pada hari Jum’at tanggal 13 Januari 1933 M.
Kitab Luqṭah
al-Jawharah ini
membahas masalah tasawuf, lagu, dan tarian serta hal-hal yang berkaitan
dengannya. Kitab ini masih lengkap berjumlah 51 halaman dan hanya halaman 28
dan 29 yang tidak ada (hilang) atau belum diketemukan dan kitab ini masih dapat
terbaca dengan jelas.
2.
Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh al-Muta‘āl
Adalah kitab yang membahas
masalah ilmu tajwid dan merupakan terjemah dari kitab Hidāyah
al-Mustafīd karangan
Muhammad Mahmud yang dikenal dengan sebutan Abū Raimah dengan beberapa
penambahan yang perlu. Kitab setebal 53 halaman ini selesai ditulis pada hari Selasa, 30
Januari 1934 M.
Terdapat naskah kitab Hidāyah
al-Aṭfāl tulisan tangan disusun rapi yang cukup tebal, yaitu
64 halaman, dan merupakan edisi revisi dari cetakan yang pertama, dilengkapi
dengan gambar makhraj yang tidak didapat pada kitab Hidāyah al-Aṭfāl edisi pertama.
Pada halaman sampul kitab Hidāyah
al-Aṭfāl edisi revisi ini tertulis “I‘lam, bahwasanya ini ṭaba‘ yang kedua kali terlebih baik daripada ṭaba‘ yang pertama, lagi ditambahi dengan kenyataan dan
keterangan supaya mudah dipahami adanya.” Naskah ini merupakan naskah
yang akan dicetak kembali, akan tetapi belum atau tidak terwujud.
3.
Ta‘līm aṣ-Ṣibyān
bi Gāyah al-Bayān
Merupakan kitab yang ditulis
dengan metode tanya jawab dan membahas masalah tauhid, fikih, dan tasawuf. Pada
hari Jum’at tanggal 13 Desember 1935 kitab ini selesai ditulis oleh Tuan Guru Bengkel.
Jumlah halaman kitab ini cukup tebal, yaitu 101 halaman, yang diterbitkan oleh
Penerbit dan Percetakan Salim bin Nubhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.
4.
Waṣiyyah al-Muṣṭafā li ‘Alī al-Murtaḍā
Ditulis pada tahun 1956 M. Kitab
ini sampai sekarang belum dicetak dan naskahnya masih berbentuk tulisan tangan
yang memerlukan pencarian yang lebih jauh untuk menemukan naskah yang lebih
bisa terbaca dan lebih lengkap. Naskah ini berisikan nasihat atau petuah yang
diberikan oleh Nabi saw. kepada Ali bin Abi Thalib. Naskah setebal 27 halaman ini
membicarakan tentang fikih dan akhlak.
5.
Al-Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah
fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah
Merupakan kitab hadis yang
diterjemahkan dari kitab al-Mawā‘iẓ al-‘Usfūriyyah fī al-Aḥādīṡ an-Nabawiyyah. Kitab ini membahas empat puluh hadis Nabi dan
dilengkapi dengan penjelasan nilai historisnya dan beberapa cerita sufi serta
akhlak. Kitab ini dicetak pada tahun 1952 di penerbit dan percetakan Salim bin
Nabhan dan saudaranya Ahmad di Surabaya.
Kondisi fisik kitab al-Mawā‘iẓ
aṣ-Ṣāliḥiyyah ini dapat
terbaca dengan jelas..
6.
Manẓar
al-Amrad fī Bayān Qiṭ‘ah min al-I‘tiqād
Kitab ini merupakan karangan
gurunya, yaitu TGH. Umar Kelayu, yang ditulis pada tahun 1878 M dan Tuan Guru
Bengkel yang telah mengedit dan menerbitkannya menjadi sebuah kitab atas izin
dari anaknya, yaitu TGH. Abdullah bin Tuan Guru Umar Kelayu. Oleh karenanya,
dalam hal ini, Tuan Guru Bengkel merupakan editor dari kitab Manẓar al-Amrad ini dan bukannya penulis sebagaimana yang didakwa
oleh banyak muridnya. Kitab Manẓar al-Amrad ini dicetak pada tahun 1949, yaitu sembilan belas
tahun setelah wafatnya Tuan Guru Umar bersamaan dengan kitab karangan gurunya
juga, yaitu al-Lu’lu’ al-Manṡūr tentang kisah Nabi Muhammad, seperti kitab Barzanji. Mengacu pada kitab al-Lu’lu’ al-Manṡūr yang diterbitkan atas nafkah Persatuan Dagang
‘Akar’ Kelayu Lombok Timur dan atas seizin anak TGH. Umar, yaitu TGH. Abdullah
Kelayu, maka dapat dikatakan bahwa kitab Manẓar al-Amrad diterbitkan oleh Penerbit Mulia Surabaya, dan hanya
saja ini khusus atas nafkah/biaya Tuan Guru Bengkel. Tuan Guru Bengkel mengedit dan mencetak kitab
ini adalah sebagai penghormatan kepada gurunya yang wafat pada tahun 1930 M tepatnya
pada tanggal 18 Rabi’ul Akhir 1349 H. Kitab
Manẓar al-Amrad ini merupakan terjemah dari beberapa kitab, yaitu:
(1) kitab Kifāyah
al-‘Awām karya Syaikh al-Faḍālī,
(2) Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Ibrāhīm Bajūrī, (3) Matn as-Sanūsī karya Imām Sanūsī al-Mālikī, (4) Syarḥ as-Sanūsī karangan Syaikh Huḍūdī, (5) Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Abdullah asy-Syarqawī, (6) Syarḥ al-Jauhar karangan Syaikh Abd. As-Salām, (7) Ḥāsyiyah Tuḥfah ar-Rāgibīn karangan Syaikh Alī Ruhbānī, (8) Syarḥ al-Wusṭā karya Imām Sanūsī, (9) Ḥāsyiyah-nya karangan Syaikh Muhammad Dasūqī. Akan tetapi, kebanyakan kitab yang
dipakai dan diterjemahkan adalah kitab Kifāyah al-‘Awām yang berbicara masalah tauhid.
7.
Intan Berlian (Perhiasan) Laki Perempuan
Ada dua versi penulisan pada
kitab ini dan terlihat dari perbedaan halaman covernya dan jumlah halamannya,
yaitu naskah pertama tertulis sampai halaman 25, dan naskah kedua tertulis sampai
halaman 28. Untuk naskah kedua ini terdapat penambahan sebanyak 4 halaman
dengan tulisan tangan, yaitu masalah ”tanbīh fī faḍl birr al-wālidain wa ḥuqūqihimā wa syu’m
al-‘itq”.
Pada bagian terakhir kitab ini diungkap bahwa kitab ini selesai ditulis pada
hari Selasa, 9 Oktober 1951.
Kitab Intan
Berlian ini
berbicara masalah akhlak rumah tangga (suami istri) berdasarkan hadis-hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Ali dan istrinya Fatimah az-Zahra’. Tidak terdapat
tulisan yang menjelaskan siapa penerbitnya.
8.
Jamuan Tersaji (pada) Manasik Haji
Kitab tentang haji yang
komprehensif pada masa itu. Naskah yang lengkap disertai dengan gambar penentu
arah kiblat dan selesai ditulis pada hari Jum’at, 8 Oktober 1954 M bertepatan
dengan 10 Shafar 1374 H.
Naskah kitab Jamuan
Tersaji
ini termasuk tebal, yaitu berjumlah 73 halaman, termasuk halaman komentar dan
daftar isi. Tertulis rapi,
bagus, dan dapat terbaca dengan jelas sekali, serta belum dicetak dan hanya
halaman depannya saja, yaitu gambar peta yang kurang terbaca secara jelas.
9.
Risalah yang Kecil Sekali
pada Menyatakan Thawaf Perempuan yang Haid atau Nifas
Merupakan terjemah dari kitab
karya Najm ad-Dīn Abd. ar-Raḥmān bin Syams ad-Dīn Ibrāhīm. Kitab ini diperoleh
dari H. Saefuddin Bengkel beserta kitab Jamuan Tersaji dan belum dicetak. Dinamakan risalah kecil sekali karena jumlah
halamannya yang hanya 9 halaman beserta halaman muka. Risalah kecil ini selesai
diterjemahkan pada tanggal 10 Shafar 1374 H bertepatan dengan tanggal 8 Oktober
1954 M. Risalah ini masih dalam bentuk tulisan tangan dan masih dapat dibaca
dengan jelas.
10.
Cempaka
Mulia Perhiasan Manusia
Merupakan kitab akhlak dengan
jumlah 29 halaman yang ditulis pada tanggal 15 Muharram 1376 H bertepatan
dengan hari Rabu, 22 Agustus 1956 M.
Dari segi bentuk tulisan,
naskah kitab Cempaka
Mulia ini
terlihat dari satu sumber saja, atau dalam bahasa lain satu penulis, kemudian
dicopi dan disebarkan kepada para murid. Naskah ini masih dalam bentuk tulisan
tangan dan belum dicetak.
11.
Bintang
Perniagaan pada Kelebihan Perusahaan
Kitab yang membahas tentang usaha perdagangan atau
dapat dikatakan kitab tentang manajeman usaha, yang ditulis delapan tahun
sebelum Tuan Guru Bengkel wafat, yaitu pada tahun 1960. Jumlah halaman kitab ini
sebanyak 58 termasuk 1 halaman sampul, 2 halaman komentar, dan 2 halaman
keterangan. Kitab ini
diterbitkan oleh Penerbit Pustaka Pribadi Surabaya dan masyhur di kalangan
murid dan masyarakat.
Naskah asli kitab Bintang Perniagaan ini masih banyak dikoleksi oleh para murid Tuan
Guru Bengkel sebagaimana juga naskah kitab Ta‘līm aṣ-Ṣibyān.
12.
Jalan
Kemenangan yang Benar (pada) Menyatakan Jalan Taubat yang Sebenar
Kitab ini merupakan terjemah dari kitab karangan
gurunya, yaitu Syaikh Muhammad Alī bin Ḥusain al-Malikī al-Makkī yang berjudul Manhaj al-Fauz aṣ-Ṣāliḥ bi
Bayān Sabīl at-Taubah an-Naṣūḥ. Pada bagian akhir dari kitab ini, Tuan Guru Bengkel menambahkan dengan
beberapa doa. Kitab ini berbicara mengenai konsep taubat yang benar dan
implementasinya. Kitab ini mulai ditulis pada hari Ahad, 8 November 1964 yang bertepatan
dengan tanggal 3 Rajab 1384 H. dan dalam kitab ini tidak disebutkan kapan
selesai ditulis, yang biasanya ditulis pada akhir kitab. Kitab ini juga belum
dikomentari oleh para Tuan Guru Tanah Sasak.
Kondisi kitab ini masih
lengkap dan bagus, hanya saja masih dalam tulisan pensil yang ditulis oleh Tuan
Guru Asy’ari. Kemudian kitab ini diserahkan kepada katib setelahnya untuk
disalin (agar tulisannya lebih jelas), yaitu kepada Ust. Sahyun. Naskah kitab
ini kemudian disalin oleh ust. Sahyun untuk dicetak, akan tetapi kitab ini tidak/belum
sempat dicetak.
13.
Wirid 17 (Rātib al-Barakah)
Kitab kecil Wirid 17 ini merupakan wirid atau Rātib al-Barakah yang ditulis oleh Syaikh al-Barakah al-Qudwah Umar
bin Abd ar-Rahmān bin Aqīl bin Salīm bin Abd Allāh bin Abd ar-Rahmān Bā'alawī al-Haḍramī.
Kitab ini diedit/disalin oleh Tuan Guru Bengkel dan dicetak olehnya. Ust. M.
Sahyun Abdullah adalah sekretarisnya yang menulis kitab ini untuk dicetak di
Surabaya.
Kitab ini masih dapat terbaca
dengan jelas dan berjumlah 10 (sepuluh) halaman termasuk halaman
depan/covernya. Wirid ini sebaiknya atau dianjurkan untuk dibaca sesudah
mendirikan shalat Isya' tiap malamnya dan pada bulan Ramadhan sebelum shalat
Isya' dan setiap pagi dan sore bagi siapa saja yang mempunyai hajat mendesak
kepada Allah.
Tidak ada catatan tertulis
mengenai kapan kitab kecil ini ditulis, hanya saja pada bagian akhir kitab ini
tertulis bahwa dikirim oleh seorang mufti Makkah, Syaikh Ḥasan Sa'īd al-Yamānī
yaitu guru Tuan Guru Bengkel, pada tahun 1375 H/1955 M dan kemudian ditulis
ulang dan diedit dan diberi kata pengantar oleh Tuan Guru Bengkel pada tahun
1965 M.
14.
As-Siqāyah
al-Marīḍah fī Asmā’ al-Kutub asy-Syāfi‘iyyah
Merupakan katalog nama-nama
kitab Mazbah Syafi‘i yang disertai dengan pengarang, juga sekaligus
nasab mereka. Kitab ini sebagaimana kitab Cempaka Mulia, sepertinya belum selesai disalin, atau mungkin
telah selesai disalin, hanya saja baru didapat beberapa halaman saja.
15.
Permaiduri
Nama kitab ini didapat dari
penuturan dan manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Menurut
TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin, naskah ini merupakan kitab yang membahas
masalah akhlak. Kitab ini belum ditemukan sampai sekarang.[6]
16.
‘Ilm
al-Manṭiq
Nama kitab ‘Ilmu al-Manṭiq, akan tetapi sampai sekarang kitab ini belum
ditemukan. Nama kitab ini dan kitab Permaiduri kemudian secara jelas didapatkan dari catatan
harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin yang ditulis setelah tulisan tentang
wasiat Tuan Guru Bengkel yang dinaqal oleh TGH. Azhar Bagu. Tulisan mengenai
kumpulan kitab-kitab Tuan Guru Bengkel ini ditulis oleh TGH. L. M. Turmudzi
Badaruddin sendiri dengan bahasa Arab Melayu yang berbunyi: “Karangannya: Hidāyah al-Aṭfal, Ta‘līm aṣ-Ṣibyān,
[al-] Mawā‘iẓ aṣ-Ṣāliḥiyyah, Intan Berlian, Bintang Perniagaan, Permaiduri,
Pesaji Manasik Haji, Waṣiyyah al-Muṣṭafā, Ilmu Mantiq.”[7]
17.
Dalīl
al-Ḥaul
Merupakan kitab yang memuat
dasar dan argumen bolehnya mengadakan haul. Kitab ini
didapat dari manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin Jumlah
halaman kitab ini adalah 22 halaman. Kitab ini mengambil rujukan dari
Al-Qur’an, kitab Żakhīrah
al-Ma‘ād Syarḥ Rātib al-Ḥaddād, dan Pendapat
TGH. Mutawalli
Jerowaru bin TGH. Yahya.[8]
18.
Piagem
beserta Ajat Qoer’an
Merupakan penjelasan tentang
tafsiran beberapa ayat-ayat Al-Qur’an, huruf-huruf dan al-asmā’ al-ḥusnā. Dalam kitab ini juga dijelaskan tentang silsilah
keturunan Tuan Guru Bengkel beserta beberapa persoalan fikih. Kitab ini ditulis
tangan dengan sebagian memakai bahasa Indonesia Latin dengan ejaan lama dan
sebagian lainnya terutama pada hal silsilah memakai tulisan Arab Melayu. Jumlah
halaman kitab ini adalah 9 halaman.
19.
Doa
dan Zikir
Merupakan lembaran yang terserak penuh dengan
amalan zikir dan doa yang disalin oleh para katibnya. Ada juga yang dalam
bentuk kumpulan yang disusun oleh muridnya, seperti yang dilakukan oleh H.
Saefuddin.
Pemikiran Tuan Guru Bengkel
Pemikiran Islam Tuan Guru Bengkel memiliki sifat
kontekstual dengan masyarakat Sasak, khususnya pada awal abad ke-20. Pengaruh Hindu
yang merasuk kuat dalam tradisi dan telah menjadi bagian dari budaya masyarakat
Sasak, seperti dalam upacara pernikahan selalu diiringi dengan musik dan tarian, menjadi dasar Tuan Guru Bengkel menulis kitab
pertamanya tentang hukum bernyanyi dan menari. Dalam kitab Luqṭah
al-Jawharah ini, Tuan Guru Bengkel tidak hanya membahas hukum tari dan lagu
saja tanpa memberikan solusi alternatif, akan tetapi Tuan Guru Bengkel
mengenalkan kehidupan sufistik bagi masyarakat Sasak pada waktu itu. Kehidupan
sufistik yang ditawarkan oleh Tuan Guru Bengkel bukan hanya dalam bahasa kitab
saja, akan tetapi ia menjalani dan menjadikannya sebagai baju kesehariannya.
Bukti kehidupan sufistik Tuan Guru Bengkel terlihat dari
sikap tidak masuknya dalam wilayah politik praktis. Ia lebih memilih hidup
dengan para santrinya, yatim piatu, dan masyarakat. Setiap hari ia selalu
menyempatkan makan bersama anak-anak yatim. Hidupnya adalah untuk berkhidmah
kepada masyarakat. Dipilihnya tarekat Qadiriyah Khalwatiyah sebagai bagian dari
baju sufistiknya adalah karena wiridnya tidak terlalu menyibukkannya untuk
melakukan kegiatan sehari-hari yang lebih penting. Dalam pengertian lain bahwa
kepentingan umat lebih diutamakan daripada kepentingan pribadinya.
Tuan Guru Bengkel dalam melakukan dakwah secara bertahap.
Pembebasan masyarakat Sasak dari kebodohan membaca Al-Qur’an adalah pekerjaan
utamanya. Untuk menopang dakwahnya ini, ia secara sadar membuat Perguruan Darul
Qur’an wal Hadis. Oleh karenanya, ketika membaca al-Fatihah menjadi rukun
shalat dan untuk memahami agama harus merujuk kepada Al-Qur'an, saat itu pula
Tuan Guru Bengkel memandang perlu adanya kitab panduan belajar Al-Qur’an dan
menulisnya dalam bahasa Arab Melayu dengan judul Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd
Kalām Allāh al-Muta‘āl. Yakni, sebuah kitab dengan metode modern (tanya
jawab) pada saat itu sehingga mudah dipahami sebagaimana yang dikomentari oleh
Abdul Hamid bin Sulaiman, Mustafa Bakri al-Bukhari dan Muhammad Rais Sukarbele.[9]
Wasiat
dan Wafat
Tuan Guru Bengkel menulis sebuah wasiat 18 (delapan belas)
hari sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Wasiatnya ini ditulis
oleh TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin. Dalam awal wasiatnya, tertulis dengan
jelas “…barangkali inilah pertemuan yang terakhir antara saya dan kamu
sekalian….”[10]
Berikut wasiat lengkapnya:
As-salām ‘alaikum wa
raḥmah Allāh wa barakātuh
Al-ḥamd li Allāh Rabb
al-‘ālamīn wa aṣ-ṣalāh wa as-salām ‘alā asyraf al-mursalīn wa ‘alā ālih wa aṣhabih
ajma‘īn, ammā ba‘d.
Syukur alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah Subḥānah Wa Ta‘ālā bahwa pertemuan ini
dapat kita langsungkan pada hari ini, barangkali inilah pertemuan yang terakhir
antara saya dan kamu sekalian. Oleh karena itu saya amanatkan sebagai berikut:
1.
Amalkan segala pelajaran dan
petunjuk yang kamu peroleh dari saya dan usahakan agar pengetahuanmu bertambah
dengan menuntut ilmu pada ulama’ Ahl as-Sunnah wa al-Jamā‘ah;
2.
Selain dari itu saya minta
padamu semua agar dipelihara terus Perguruan Darul Qur’an dan usahakan supaya
berkembang menjadi besar;
3.
Peliharalah dan pertinggikan
paham Ahl as-Sunnah wa al-Jamā‘ah dan jagalah persatuan dan kesatuan
antaramu semua.
Inilah amanat saya padamu dan peliharalah baik-baik.
Dalil-dalil yang pertama sampai ketiga:
1.
Man ‘amila bimā ‘alima ‘allamahu Allāh ‘ilma mā lam ya‘lam. (hadis)
2.
Sabda
Nabi saw.: “Iżā māta ibn ādam inqaṭa‘a
‘amaluh illā min ṡalāṡin: ṣadaqatin jāriyatin wa ‘ilmin yuntafa‘u bih wa
waladin ṣālihin yad‘ū lah ba‘da mautih.”
Setelah hari Senin, tanggal 20 Agustus 1968 M/25 Jumada
al-Ula 1388 H yang merupakan pertemuan terakhirnya dengan para santri dan
masyarakat, sekitar jam 07.30 tepat ketika matahari dari timur mulai
menampakkan diri dan menghangatkan semesta, ia dipanggil ke hadirat Allah swt. Pada
hari Sabtu (hari setelah hari Jum’at ia dilahirkan) tanggal 7 September 1968 M
bertepatan dengan tanggal 13 Jumada al-Akhirah 1388 H.[12]
Pada hari Sabtu itu
juga, waktu sore jam 17.00, jenazah Tuan Guru Bengkel dimakamkan tepatnya di
depan Masjid Jami’ M. Shaleh Hambali yang sekarang. Bertindak sebagai pembaca talqīn
adalah TGH. Ibrahim Khalidi, Kediri, Lombok Barat, Pimpinan Ponpes Islahuddin
dan yang menyampaikan kata-kata Ta’ziah adalah TGH. Abhar Pagutan Lombok Barat.[13]
Daftar
Pustaka
Chambali,
M. Soleh, Luqtatu al-Jauharati fī Bayāni al-Ghinā’i wa al-Mutafaqqirati, tulisan
tangan, 1933.
___________, Hidāyatu al-Athfāli fī Tajwīdi Kalāmi Allāhi
al-Muta‘ālī, Jakarta: Percetakan Harun bin Ali Ibrahim, 1934.
___________, Ta’lim ash-Shibyan bigharah al-Bayan, Surabaya:
Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1935.
___________,
Washiyat al-Mushtafa, tulisan tangan, 1937.
___________,
al-Mawā’izhu ash-Shālihiyyati fī al-Ahādītsi an-Nabawiyyati, Surabaya:
Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1945.
___________,
Manzaru al- Amradi fī Bayāni Qith’atin min al-I’tiqādi, Surabaya:
Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1949.
___________,
Intan Berlian Perhiasan Laki Perempuan, Surabaya: Percetakan Salim bin Nubhan
dan Saudaranya Ahmad, 1951.
___________, Jamuan Tersaji Pada Manasik Haji, tulisan
tangan, 1952.
___________, Risalah Kecil Pada Menyatakan Thawaf
Perempuan yang Haid atau Nifas, tulisan tangan, 1954.
___________, Cempaka Mulia Perhiasan Manusia, tulisan
tangan, 1956.
___________, Bintang Perniagaan, Surabaya:
Percetakan Salim bin Nubhan dan Saudaranya Ahmad, 1957.
___________, Matnu al-Bayāni wa Mi’rāju ash-Shibyāni, tulisan tangan, 1957.
___________, Jalan Kemenangan Pada Menyatakan Taubat yang
Sebenar, tulisan tangan, 1964.
___________, 17 Wirid (Rātibu al-Barakati), tp. 1965.
___________, As-Siqāyatu al-Marīdatu fī Asmā’i al-Kutubi
asy-Syāfi’yyati, tulisan tangan, tt.
___________, Manuskrip Piagam dan al-Qur’an
Fadli, Adi, Sejarah Pendidikan Islam di Tanah
Sasak, makalah seminar tentang Sejarah Pendidikan Islam di Lombok, di
Ponpes al-Asma’ al-Husna Tanak Beak Pemangket Lombok Tengah, September 2006.
Fadli, Adi, Pemikiran Islam Lokal (Studi Pemikiran Tuan Guru
Haji Muchammad Soleh Chambali Bengkel
Al-Ampenani), Disertasi UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2011.
Fadly, Ahyar, Islam Lokal: Akulturasi Islam di Bumi
Sasak, Bagu: STAIIQ Press, 2008.
Faisol, Shoimun, Tuan Guru Haji Muhammad Shaleh
Hambali Bengkel al-Anfanani dan Tasawuf al-Ghazali, Laporan Hasil
Penelitian STAIN Mataram 1999.
Ghozi,
Asmak Hisyam, Riwayat Hidup TGH M. Shaleh Hambali Bengkel, tanpa tahun
dan tidak dipublikasikan.
Manuskrip
Piagam Beserta Ajat Qoer'an
Mansur, Ahmad Taqiuddin, TGH. Muhammad Sholeh Hambali Perjuangan dan
Pemikirannya (Study Kasus Pondok Pesantren Darul Qur’an Bengkel Lombok Barat)”, Tesis, IAI
Ibrahimi Sitobondo, 2006
Muhyiddin,
Abhar, Najmul Huda, Surabaya: Taufik, tt.
___________, Serba-serbi Pondok Pesantren Darul Falah
Pagutan Lombok Barat.
“Mengenal Lebih Dekat TGH Soleh Chambali Bengkel: Darul
Qur’an Membina dan Mencerdaskan Bangsa” dalam Lombok Post, 12-13 Oktober
2006.
“TGH Muhammad Shaleh Hambali” dalam Majalah Religi, edisi
04/16-3/April-Mei/2007.
“Kitab-kitab TGH Muhammad Shaleh Hambali yang Terabaikan”
dalam Majalah Religi, edisi 04/16-3/April-Mei/2007.
[1]Manuskrip Manāqib, hlm. 1-2
[4]Naskah kitab ini belum selesai ditulis
oleh Tuan Guru Bengkel atau mungkin sudah selesai ditulis oleh Tuan Guru
Bengkel dan belum selesai disalin oleh sekretarisnya. Naskah kitab ini didapat
dari koleksi H. Saefuddin Zuhri (alias Moh. Sjawab) Bengkel.
[5]Merupakan tradisi Tuan Guru Bengkel ketika
menulis sebuah kitab, ia sampaikan pada awal sampulnya bahwa kitab ini
merupakan kitab terjemah atau diambil dari beberapa pendapat atau lainnya.
[6] manuskrip catatan harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin hlm. 70.
[7]Ibid.
[8]Lihat Manuskrip Catatan Harian TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin, hlm.
39 – 60.
[9]M. Soleh Chambali, Hidāyah al-Aṭfāl fī Tajwīd Kalām Allāh
al-Muta‘āl, (Jakarta:
Percetakan Harun bin Ali Ibrahim, 1934), hlm. 52-53.
[10]Manuskrip wasiat Tuan Guru Bengkel didapat
dari TGH. L. M. Turmudzi Badaruddin dan juga H. Saefuddin Bengkel..
[12]Manuskrip tentang wafat Tuan Guru Bengkel koleksi H. Saefuddin
Bengkel.
[13]Surat Keterangan Meninggal TGH. M. Shaleh Hambali Bengkel, yang dibuat lima tahun kemudian,
yaitu tanggal 10 September 1983, dibuat oleh Penghulu Desa Bengkel H.
Asroruddin dan ditandatangani oleh Kepala Dusun Bengkel Moh. Bakri, dan Kepala
Desa Bengkel H. Akh. Ramli dan Kepala Wilayah Kecamatan Labuapi, Djohan BA.
Manuskrip milih H. Saefuddin Bengkel. TGH. Abhar adalah murid Tuan Guru Bengkel
yang secara khusus diberikan ijazah ilmu tarekat Qadariyah yang kemudian
mendirikan Ponpes Tarekat di Pagutan.
No comments:
Post a Comment