Banyaknya peziarah yang datang
berziarah ke Makam Ketaq-tempat dimakamkanya Almarhum Tuan Guru Haji Lalu
Muhammad Sholeh atau Tuan Guru Lopan yang mengajukan permintaan untuk diberikan
semacam kenang-kenangan atas perziarahannya ke makam beliau menyebabkan pihak
keluarga almarhum berpikiran bahwa yang paling tepat untuk kenang-kenangan
tersebut adalah tulisan yang berisikan kiprah kehidupan beliu sebagai seorang
Ulama’sekaligus seorang tokoh sosial kemasyarakat di Pulau Lombok dengan
berbagai aktivitas. Lebih-lebih para peziarah yang datang dari luar daerah
seperti dari Banjarmasin, Banyuwangi, Banten, Jakarta dan daerah lainnya.
Di harapkan tulisan ini juga
berfungsi sebagai upaya mengenang dan melestarikan jasa-jasa beliau hingga
dapat dijadikan suri tauladan akan ketulusan, keikhlasan, dan ketidakpamrihan
beliau dalam berdakwah menyuburkan pelaksanakan syariat Islam dikalangan para
penganutnya. Perlu kita ketahui bahwa kiprah beliau bukan semata di bidang
agama ( Islam ) tapi yang tak kalah pentingnya berbarengan dengan itu adalah upaya
dibidang kesejahteraan sosial masyarakat Sasak dengan membangun mbung-mbung (dam/bendungan) yang berskala kecil maupun
cukup besar (Ukuran swadaya masyarakt kewtika itu) disamping juga merintis Pembuatan Jalan dan Jembatan, melakukan Penghijauan
diberbagai kebun-kebun milik rakyat
maupun kawasan hutan di Pulau Lombok.
Ayahandanya Hijrah Karena Muatan Politik
Ayahandanya bernama Lalu Adis
alias Mamiq Gurnita, Ibundanya bernama Baiq Pon, putri dari Raden Purwana –
Kampung Banjar Praya (Banjar Getas?). Lalu Adis sendiri lahir di Kampung
Balung-Adang (Jl. Basuki Rahmat-Praya sekarang). Dalam usia muda Lalu Adis
Hijrah ke Lopan karena terkait dengan situasi dan kondisi politik. Keamanan
wilayah sering terganggu di Perbatasan Praya-Kopang-Mantang karena politik yang
dijalankan kerajaan Karang Asem Singasari yang menguasai bagian barat Pulau Lombok untuk
memperluas wilayah kekuasaannnya. Ditempat tersebut (yang akhirnya dikenal
dengan nama Lopan) Lalu Adis bersama sejumlah pasukannya yang mengawal
perbatasan, akhirnya menetap. Kampung itulah yang hingga kini kita kenal dengan
sebutan LOPAN.
Belum tertelusuri terlampau jauh
keatas silsilah keturunan beliau mengingat terbatasnya sumber yang ada. Hanya saja
seperti yang disampaikan oleh Lalu Ratmawa ( H.Lalu Abdul Azim-Praya ), Mamiq
Kamalah dan H.Lalu Najwa – Lopan yang telah diriwayatkan oelh
pendahulu-pendahulunya, bahwa Datu Panang merupak keturunan dari Datu Bayan
merupakan yang memilih menetap di Praya (Gawah Brora). Konon beliu bersaudara 3
(Tiga) orang laki-laki. Seorang tinggal di Bayan (yang terbesar), lalu yang
kedua yakni Datu Panang – di Praya dan yang paling bungsu akhirnya menetap di
Mambalan – Gunungsari (Wawancara, 25-11-2000).
Sebuah cerita konyol terjadilah;
Setelah beberapa lama beliau meninggal karena sakit, ( pasca Perang Praya I)
satu pasukan dari salah satu wilayah desa Muncan – Kopang pro Karang Asem
Singasari Cakranegara ketika meliwati Makam Ketaq, Melepaskan kemarahannya pada
satu nisan makam Lalu Adis yang dipenggalnya dengan Pedang. Konon mereka
melampiaskan kekesalan karena telah berbagai upaya mereka lakukan untuk
mengalahkan Lalu Adis (Ayahanda Tuan Guru Lopan) dalam berbagai pertempuran
namun beliu adalah lawan yang tetap tangguh. Sembari menghantam batu nisan
tersebut mereka berkata: “Inilah kuburan
orang Praya yang senantiasa mengobrak-abrik pasukan kopang!”, katanya. Sampai
sekarang ini, batu nisan yang terbuat dari batu Granit itu terpotong kepalanya.
Makam
Lalu Adis di Montong Ketaq merupakan sejarah awal penggunaan bukit
tersebut sebagai areal pemakaman tempat dimakamkannya Tuan Guru Lopan
sekarang, Makam beliau berdampingan dengan makam Ayahnya (Lalu Adis ).
Montong Ketak termasuk areal tanah pusaka milik sendiri. Adapun silsilah
keturunan beliau yang diambil dari tiga Generasi Diatasnya dapat
dilihat pada Gambar Berikut:
Tampak Luar Pintu Masuk Makam |
Untuk mencapai Makam Ketaq, kita dapat menempuh beberapa jalur menggunakan Jalur Jalan Raya. Bagiyang datang dari kota Praya atau Mantang (Batukliang) menempuh jalur jalan Praya-Mantang, Begitu sampai de desa Bodak, belok ke kanan mancapai desa Muncan lalu dari pertigaan Muncan belok ke kanan kira-kira 1,5 - 2 Km akhirnya tibalah kita di Makam Ketaq.
Tangga Awal Masuk Makam Ketak |
Tampak Bangunan Makam Dari Luar |
Di balik pintu itulah tempat peristirhatan TGH Lopan beserta Orang Tua dan kedua Istrinya sedangkan diluar adalah Makam Sanak Saudara Beliau. |
Tampak Para Peziarah melakukan Do'a dan Dzikir |
Lokasi Parkir Kendaraan Makam Ketak |
DAKWAH dan SASARAN
UTAMANNYA
Sebagai besar dari Pulau Lombok
yang mengetahui kiprah TGH. Lopan mengemukakan bahwa sasaran utama dakwah Islam
TGH. Lopan adalah para penganut ajaran islam yang masih belum sempurna yang di
Pulau Lombok lebih dikenal dengan sebutan “Islam
Waktu Telu”.
Pada saat itu, masyarakat Sasak
(Yang menganut faham Islam Waktu Telu) pada umumnya membedakan dua faham Islam.
Islam waktu lima karena menunaikan shalat Lima Waktu. Sementara Islam Waktu
telu (jika hanya shalat yang menjadi barometernya) berarti mereka shalat hanya
Tiga Waktu. Padahal kenyataannya tidak demikian, yang menunaikan shalat dalam kepercayaan
Waktu Telu hanya kyai (pemimpin/pemuka agama) nya saja. Ini pun terbatas pada
waktu-waktu tertentu, yang bukan kyai TIDAK melaksanakan SHALAT apapun. Dalam
pemahaman yang sangat terbatas, mereka mengakui AL-Qur’an dah Hadist.
Selebihnya, ilmu agama yang didapat dari tulisan-tulisan yang ada dalam Lontar
yang umumnya berisi Fikh, Usulfikh dan Tasawuf yang bertuliskan aksara (yang biasa disebut jejawan atau
huruf ceraka). Bahayanya; karena
pemahan mereka tentang ilmu Islam sangat terbatas harus belajar Usul Fikh dan
Tasawuf dari tulisan-tulisan beraksara Jejawan (Ceraka) denga uraian yang pelik dan berbelit; mereka sulit
memaknakanya. Lam kelamaan faham mereka semakin jauh dari ajaran islam yang
sebenarnya. Lalu, urusan agama yang berhubungan dengan ibadah, diserahkan
kepada kyai saja, Urusan agama sepenunhya tanggung jawab kyai sedangkan urusan
yang berhubungan dengan Upacara-upacara Adat dan Ritual lainnya (yang lebih
dekat kepada Budha dan Animisme) merupakan tanggung jawab Mangku, (Pemangku
Adat). Mereka punya tempat-tempat pemujaan / Upacara Ritual Adat yang dibaurkan
agama yang disebut “Kemaliq”.
Teknik Berdakwah
Teknik dakwah yang dilakukan TGH
Lopan sangat sederhana jika kita hubungkan dengan berbagai Pola. “Teknik Jemput Bola” istilah yang populer sekarang, Adalah
sebuah teknik yang sangat langka yang
sangat-sangat langka ketika tahun-tahun beliau berdakwah (1266-1361 H) (1847-1942 M), dalam kurun waktu
kurang lebih 95 Tahun dari 123 tahun usia beliau. Kebanyakan Ulama ketika itu
di datangi murid-muridnya. Termasuk paman beliau sendiri yakni Lalu Ahmad Alias
TGH.Muhtar yang mengajar/membuka pengajian dirumah beliau sendiri di Kampung
Balung Adang-Praya. Kita sebut demikian karena dari kampung ke kampung, dari
desa ke desa yang merupakan basis Islam Waktu Telu di Pulau Lombok ini pernah
di datangi beliau. Sarana transportasi yang ada sangat minim yakni Kuda.
Selebihnya berjalan kaki, Umumnya orang menjadi kenal beliau di tiap dusun dan
desa yang didatangi, bermula dari berbagai kejadian atau peristiwa berbarengan
dengan keberadaanya disana. Selain itu memulai cerita dari mulut ke mulut di
kampung-kampung dan desa yang dde desa terdekat yang di huni orang yang
mengenal beliau sebagai seorang ulama’ yang Waliyullah. Setiap orang yang
menjumpainya entah dijalan atau didusun/kampung yang singgahinya, pada umumnya
mereka berebut untuk bersalaman (Bersilaturrokhim), Sekalipun beliau berada
diatas punggung kuda.
Sejumlah Masjid dan
Langgar (Santren/Mushalla) Yang Diprakarsainya
Pada mulanya, tidak semua
bangunan dimulai dengan bangunan yang berfungsi untuk masjid tetapi banyak pula
untuk sekedar sebagai langgar (Santren/Mushalla). Namun dewasa ini karena pertumbuhan
dan perkembangan manusia yang memerlukan sarana ibadah yakni masjid di Pulau
Lombok khususnya (yang berpredikat sebagai Pulau Seribu Masjid), hampir semua
langgar (Santren/Mushalla) yang beliau rintis telah ditingkatkan menjadi masjid
oleh warga masyarakat setempat. Begitu banyak masjid yang beliau dirikan
diberbagai tempat sampai kepelosok-losok desa.
ULAMA YANG DIGELARI
WALIYULLAH
Waliyullah dan
Karomah
Hampir semua narasumber dan
informan yang secara langsung kenal dengan beliau dan pernah berjumpa, berkata
bahwa Tuan Guru Lopan atau TGH.Lalu Muhammad Sholeh adalah seorang ulama’ yang
Walliyullah dan memiliki Karomah. Ketika ditanyakan mengapa dianggap
sebagaiseorang Waliyullah (Wali), Umumnya narasumber dan informan mengemukakan
alasan argumentasi yang pada intinya tidak berbeda dengan pemahaman kita
tentang Waliyullah dan Karomah secara umum. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin
mengungkapkan bahwa para Nabi dan Waliyullah (Wali) manusia biasa sebagaimana
kita sekarang, akan tetapi Qalbu-Nyalah yang luar biasa bersih dan sucinya
sehingga diumpamakanya sebagai sebuah cermin yang bening Bersih dari sifat-sifat tercela. Qolbu
yang mulia itu begitu transparan dalam menerima pancaran Nur Ilahi; begitu
mudahnya menerima apa yang tertera di Lauhil Mahfudz, Waliyullah adalah manusia
yang tingkatan qolbunya telah mendekati tingkatan kebesaran dan ketinggian
qolbu para Nabi.
Kembali ke TGH.L.Muhammad Sholeh
(Tuan Guru Lopan), beliau merupakan figur Publik Masyarakat Pulau Lombok yang
digelari seorang Waliyullah. Cerita-cerita tentang keharuman nama beliu dengan
berbagai karomahnya, Walau telah meninggal dunia dalam tahun 1942 (Awal
Masuknya Penjajahan Jepang), namun cerita-cerita tersebut hingga kini tetap
merupakan cerita yang masih berkembang seakan tak pernah usang. Segelincir
tentang Karomah beliau yang banyak masyarakat pada umunya ketahui, Yaitu:
- Berada di Banyak Tempat Dalam Waktu Yang Bersamaan
- Makan Seadanya
- Menggunakan Sarung Bertambal
- Keajaiban Bukan Sulap (Dedauan menjadi Uang)
- Menyeberangi Laut “Ke Gili Air” Bersampan Kain
- Membuat Pecut Jaran
- Boleh Kencing sambil Berdiri ‘(Tanda Kutip) ya
- Belalang Sudah Masak (Mateng) Berterbangan semua
- Mennyuruh Orang Mensucikan Badan
- Makan Besar di Dalam Hutan Belantara
- Membangun Mbung (Bendungan)
MENJELANG AKHIR
HAYATNYA
Unik Tapi Nyata
Berbincang lebih jauh dengan
Mamiq Komalah alias H.L Muh.jamir dan Mamiq Rohani alias H.L Najwa: Dua cucu
beliu yang sudah sepuh seputar peri kehidupan beliau beserta pelajran-pelajaran
yang banyak ditinggalkan Almarhum Datok Lopan, sepertinya tak pernah
membosankan. Sederhana tetapi mudah dicerna diakal. Beliau (TGH. Lopan) memang
ulama’ yang tak kenal lelah, pantang menyerah, tak ada putus asa dalam
kamusnya. Perbincangan dengan mamiq Komalah (H.L.Muh. Jamir) dan Mamiq Rohani
(H.L.Najwa) ketika wawancara ini berlangsung di ketaq, ditutup dengan
kisah-kisah unik tapi nyata yang beliau jumpai menjelang akhir-akhir hayat
Almarhum TGH.Lopan.
(H.L.Muh.Jamir
dan H.L.Najwa, Wawancara : 25-11-2000).
Berikut
ini cerita singkat Menjelang Akhir Hayat TGH.L.Muhammad Sholeh:
“Pagi,
pada hari beliau akan meninggal dunia, Salah seorang murid sekaligus kusir
dokar pribadi beliau yakni Mamiq Jelenga
(yang bertempat tinggal di Semparu) dipanggilnya. Dokar memang
ditempatkannya di Semparu-Lopan karena kondisi jalan yang masih belum bagus
untuk dilalui Dokar pada saat itu.
Beliau menugaskannya mendatangi TGH.Badarul Islam (Saudara seperguruan beliau
di Mekkah-putra TGH.Umar) untuk bertanya arti kata “Inna Lillahi Wainna Ilaihi Roji’un”............bersambung.
Sumber: H. LALU MUHAMMAD AZHAR & H. LALU
MUHAMMAD SHOLEH TSALIS
YAYASAN PONDOK PESANTREN
AS-SHOLEHIYAH
LOPAN-KOPANG-LOMBOK
TENGAH TAHUN 2003
Alhamdulillah udah 3x aq ziarah k makam tg. Lopan... Insyaaallah suatu saat mdhn bs ziarah lg
ReplyDelete