LALU GEDE
MAMBALAN
MAKAM BATURITI MAMBALAN |
(Seperti Diceritakan oleh TGH.Muhammad
Najmuddin Makmun)
Di Desa Mambalan Lombok Barat, ada sebuah
makam wali Allah yang terkenal ramai di ziarahi orang banyak, pemilik makam
bernama “Lalu Gede” dalam bahasa sasaknya. Beliau berdakwah, mengajar mengaji
di desa Mambalan dan sekitarnya. Sewaktu Lombok masih dijajah oleh pemerintahan
Gusti Anak Agung Bali.
Lalu Gede memang merupakan wali Allah yang
berpangkat tinggi, yang memiliki kekeramatan tinggi. Beliau secara lahiriah
bergaul seperti adanya manusia biasa. Beliau membuat layangan dan layangan
kapal. Semuanya ada maknanya. Bagi orang yang makrifat/waskita itu dimaknai
bahwa kelak akan banyak pesawat terbang. Lalu Gede juga memelihara ayam jago
dalam kurungannya, ayam yang siap diadu, semuanya berderet rapi di halaman
rumahnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengelabuhi petugas kerajaan Bali agar
mereka mengira tempat itu adalah tempat perkumpulan orang yang gemar sabung
ayam. Jadi mereka tidak mengira bahwa tempat tersebut tempat orang mengaji
agama yang mengorganisir orang yang ingin memberontak terhadap kerajaan Bali.
Akhirnya Lalu Gede tetap aman mengajar ngaji dan berkumpul membahas wacana
keagamaan. Begitulah cara Lalu Gede menyembunyikan diri, menyamarkan diri
karena tidak berani membuka rahasia Allah, kecuali rahasia rahasia yang ada
izin Allah untuk dibuka atau diceritakan.
Sekarang kami ceritakan sebuah kisah Lalu Gede
yang boleh diceritakan yang ada izin diceritakan dari Allah. Pada suatu hari
Lalu De (sapaan untuk Lalu Gede), lewat disebuah sungai bertemulah ia dengan
seorang perempuan yang sedang mencuci, Lalu De berkata kepada perempuan itu,
“Ayo bu, ikuti aku berjalan”. “Anakku di rumah masih kecil kalau aku ikut nanti
mereka menangis”, Jawab perempuan itu. Lalu De berkata,”tidak apa apa, dia
menangis, ayo ikut saja denganku”. Akhirnya perempuan tersebut ikut berjalan
dibelakang Lalu De. Kata Lalu De: “ikuti aku berjalan, kemana langkah kakiku
itu harus kamu ikuti dan kamu injak bekasnya”. Maka perempuan tersebut
melangkah dibelakangnya tidak berani menengok ke yang lain karena khawatir
salah menginjak. Beberapa saat kemudian Lalu De berhenti melangkah, perempuan
itu tiba-tiba melihat sebuah rumah besar lagi indah yang memiliki pengawal atau
penjaga. Perempuan itu terdiam di luar terkagum kagum karena baru pertama kali
melihat rumah seperti istana raja. Lalu De kemudian berkata:”Inilah yang
namanya Baghdad, tunggu saya di luar, aku akan masuk ke dalam”. Beberapa lama
kemudian Lalu De keluar dari istana kemudian mengajaknya pulang seperti cara
kedatangannya tadi. Tiba-tiba sudah sampai di rumah. Sebelum berpisah maka Lalu
De berpesan:”Jagan kamu bercerita ya, karena kalau kamu bercerita maka bisa
memendekkan umur dan cepat mati”.”Ya” kata perempuan itu. Ketika dilihat datang
oleh orang banyak maka perempuan tersebut langsung ditanya: “Hai, sudah
kemanakah kamu meninggalkan anakmu, apakah dia tidak akan menangis nanti sebab
lama sekali kamu tinggal?” Maka perempuan tersebut mengoceh bercerita: “Saya
sudah diajak jalan oleh Lalu De ke sebuah desa yang sangat indah. Kata lalu De
daerah itu bernama Budad, Oh, orang banyak menyahut:” Bughdad”, Ya, maksudku
Bughdad kata perempuan itu. Karena bercerita tentang rahasia Tuhan maka tidak
berapa lama perempuan tersebut dicabut umurnya oleh Allahu Ta’ala. Inna lillahi
wa inna ilaihi raji’un.
Demikianlah sebuah cerita yang saya
(TGH.Muhammad Najmuddin Makmun) terima dari seorang yang saleh, sahabat dekat
Lalu De.
Pada kesempatan lain Lalu De berkata kepada
salah seseorang yang akan berangkat haji ke Mekkah:”Besok tunggu aku di Mekkah
di dalam Masjidil Haram pada hari ini dan tanggal ini (sambil menyebutkan hari
dan tanggal) aku akan kesana nanti”. Benar juga begitu tiba pada hari dan
tanggal dia disuruh menunggu itu, datanglah satu rombongan jamaah haji masuk
kedalam Masjidil Haram, dikawal oleh petugas-petugas. Kata orang banyak:”Raja
Baghdad telah tiba, Raja Baghdad datang berhaji”. Begitu orang Lombok itu
mendekat maka dia diajak berbicara:”Aku ini Lalu Gede, kalau di Baghdad namaku
Sayyid Abu Rijal”.
Begitulah perjalanan kehidupan para Wali
Allah. Di satu tempat namanya berbeda dengan di tempat lain. Disini namanya
lain, padahal raga hanya satu adanya. Namun bisa dilihat orang menjadi banyak.
Kesemuanya tergantung tingkat karamah masing-masing Wali tersebut. Seperti yang
di tegaskan oleh Syekh Ibrahim al-Laqqaniy:
“Nyatakanlah dengan pasti akan adanya
kekeramatan bagi para Wali Allah itu. Dan Barangsiapa yang menyatakan bahwa
karamah para Wali itu tidak ada maka buanglah pernyataan itu”
Begitulah kata Syeikh Ibrahim al-Laqqaniy
dalam Matn al-Jauharah
{Dikutip dari Kitab Rahasia Teganang Gining
(Berkeliling Mencari Sesuap Nasi)} Jilid I, Ma’had Darul Muhajirin al-Islamiy
Praya Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, 1425/2004. H; 26-28 diterjemahkan oleh
Abdul Bari N. dan Hj. Mardhatillah 11 februari 2009
Kisah Pengajian Ghaib TGH. Sakaki Umar
dengan Waliyulloh Lalu Gede(TG. Abdullah) Mambal
Dalam suatu pengajian yang dihadiri oleh para
orang tua di suatu kampung, TGH. Sakaki Umar pendiri Pondok Pesantren Ad Diinul
Qayyim Kapek Gunungsari membuka pengajian dengan membahas masalah sholat. Pada
saat membahas masalah sholat tersebut kemudian dia membacakan suatu hadits yang
artinya: “Siapa-siapa yang meninggalkan sholat secara sengaja maka ia adalah
kafir yang nyata.”(Al Hadits)
Untuk menekankan hadits yang telah dibaca
tersebut, TGH.Sakaki Umar menambahkan dengan kata-kata: “siapa-siapa, siapapun
orangnya adalah sama di dalah hukum”.
Salah seorang jamaah yang hadir ketika itu
bertanya:” jadi Tuan Guru, Siapa-siapa yang meninggalkan sholat secara sengaja
maka ia adalah kafir?” dijawab oleh TGH.
Sakaki umar dengan jawaban yang sama:” siapa-siapa, siapapun orangnya adalah
sama di dalah hukum”.
Jamaah yang bertanya tadi kemudian melanjutkan
pembicaraannya;” dulu Lalu Gede (TG. Abdullah*) yang di Mambal itu disaat waktu
sholat Jum’at tiba, dia tidak melakukan sholat malah dia membuat mainan
anak-anak seperti Layang-layang, kincir dan lain-lain”.
TGH. Sakaki Umar menjawab:” siapapun jua,
jangankan Cuma Lalu Gede itu, siapapun sama!.”
Pada malam harinya disaat sedang berdzikir
khusuk di rumahnya dan sudah memasuki alam Sirri (pikiran tertuju hanya kepada
Alloh SWT semata dan melupakan alam dunia yang fana ini), TGH. Sakaki Umar di
datangi oleh seseorang yang belum pernah di kenal selama ini. Kemudian
terjadilah dialog:
TGH. Sakaki Umar :”Siapa anda?”
Lalu Gede :”saya adalah orang yang
anda anggap kafir itu, yang perlu anda ketahui
bahwa saya tidak cocok sujud(sholat) di Lombok ini”.
Kemudian Lalu Gede balik bertanya :” apa yang
anda ajarkan?”.
TGH. Sakaki Umar :”Kitab Riyadus Sholihin”
Lalu Gede :”buka kitab anda, sekarang
saya ajarkan!”
Pada saat itu juga TGH. Sakaki Umar di ajarkan
kitab Riyadus Sholihin oleh Lalu Gede sampai
Khotam. Setelah khotam kitab Riyadus Sholihin
kemudian dilanjutkan dengan belajar Imlak
(belajar menulis bahasa Arab secara benar atau
menulis kaligrafi Arab indah) pada malam itu
juga.
Mulai malam itu sampai 7 malam selanjutnya,
kamar yang dipakai pertemuan tersebut masih mengeluarkan aroma yang sangat
wangi yang berbeda dari aroma wewangian yang di perjual belikan di toko-toko
ataupun di swalayan.
Sejak kejadian alam ghaib yang di alami oleh
TGH. Sakaki Umar tersebut, itulah awal mula terjalin hubungan silaturrahmi
ghaib yang sangat intens antara kedua tokoh tersebut. Sehingga ketika TGH.
Sakaki Umar akan berangkat menunaikan ibadah haji kembali ke Makkah, beliau
pergi berziarah kemakam Lalu Gede (TG. Abdullah). Beliau merasa sangat
segan/pakewuh bila tidak berkunjung menziarahi makam Lalu Gede tersebut. Hal
ini beliau lakukan hingga akhir hayat TGH. Sakaki Umar.
Kisah ini dituturkan oleh TGH. Abdul Wahid,
M.Si (santri yang sering mendampingi TGH. Sakaki Umar kemanapun pergi termasuk
yang mengantarkan TGH. Sakaki Umar berziarah ke makam Lalu Gede di Makam Batu
Riti Mambalan Gunungsari). (Alfuad
Gapuki)
*ketika peristiwa tersebut berlangsung, Lalu
Gede(TG. Abdullah) sudah wafat semasa penjajahan Belanda dan TGH. Sakaki Umar
belum tahu siapa itu Lalu Gede.
Tambahan informasi tentang Lalu Gede
Datu lopan (TGH. Lalu Muhammad Shaleh) selama
masih hidup seringkali datang berkunjung ke Mambalan menemui Tuan Guru Abdullah
(Lalu Gede). Kedua Waliyulloh ini masih ada hubungan keluarga.
Datu lopan dan Lalu Gede di dalam buku manakib
15 ulama sufi Indonesia masing-masing lebih dikenal dengan nama Al habib Muh.
Shaleh Lopan Lombok dan Al Habib
Abdullah Lombok. Selain kedua ulama tersebut, tercatat pula tiga ulama lainnya
yang berasal dari lombok masing-masing TGH. Badrul Islam (putra Tuang Guru Umar
Kelayu), TGH. Ali Batu Sakra dan syekh An Nahwawi Ampenan.
dikutip dari buku: Tuan Guru Lopan: Waliyullah
dengan Kiprah dan Karomahnya oleh Drs.H.Lalu Muhammada Azhar, SH.,M.Si, Cakra
Darma Aksara, Mataram,edisi 2010
good....
ReplyDeleteTerimakasih kak sudah nulis tentang artikel ini. sangat membantu banget setelah membacanya.
ReplyDeletejangan lupa kunjungi website kami yang di tidak kalah menarik juga ya dibawah ini
Berikut link Harga Tiket wisata dari beberapa tempat wisata di indonesia .
Harga Tiket The Lodge Maribaya
Harga Tiket Taman Legenda Keong Mas
Virtual Tour Indonesia
Harga Tiket agung fantasi waterpark
Harga Tiket watersplash darmawangsa
Harga Tiket rinjani waterpark
Harga Tiket Go splash panjibuwono
Virtual Tour Indonesia