Social Icons

.

Friday, September 12, 2014

MAKAM BATU RITI LALU GEDE MAMBALAN



LALU GEDE MAMBALAN
MAKAM BATURITI MAMBALAN
(Seperti Diceritakan oleh TGH.Muhammad Najmuddin Makmun)
Di Desa Mambalan Lombok Barat, ada sebuah makam wali Allah yang terkenal ramai di ziarahi orang banyak, pemilik makam bernama “Lalu Gede” dalam bahasa sasaknya. Beliau berdakwah, mengajar mengaji di desa Mambalan dan sekitarnya. Sewaktu Lombok masih dijajah oleh pemerintahan Gusti Anak Agung Bali.

Lalu Gede memang merupakan wali Allah yang berpangkat tinggi, yang memiliki kekeramatan tinggi. Beliau secara lahiriah bergaul seperti adanya manusia biasa. Beliau membuat layangan dan layangan kapal. Semuanya ada maknanya. Bagi orang yang makrifat/waskita itu dimaknai bahwa kelak akan banyak pesawat terbang. Lalu Gede juga memelihara ayam jago dalam kurungannya, ayam yang siap diadu, semuanya berderet rapi di halaman rumahnya. Hal tersebut bertujuan untuk mengelabuhi petugas kerajaan Bali agar mereka mengira tempat itu adalah tempat perkumpulan orang yang gemar sabung ayam. Jadi mereka tidak mengira bahwa tempat tersebut tempat orang mengaji agama yang mengorganisir orang yang ingin memberontak terhadap kerajaan Bali. Akhirnya Lalu Gede tetap aman mengajar ngaji dan berkumpul membahas wacana keagamaan. Begitulah cara Lalu Gede menyembunyikan diri, menyamarkan diri karena tidak berani membuka rahasia Allah, kecuali rahasia rahasia yang ada izin Allah untuk dibuka atau diceritakan.

Sekarang kami ceritakan sebuah kisah Lalu Gede yang boleh diceritakan yang ada izin diceritakan dari Allah. Pada suatu hari Lalu De (sapaan untuk Lalu Gede), lewat disebuah sungai bertemulah ia dengan seorang perempuan yang sedang mencuci, Lalu De berkata kepada perempuan itu, “Ayo bu, ikuti aku berjalan”. “Anakku di rumah masih kecil kalau aku ikut nanti mereka menangis”, Jawab perempuan itu. Lalu De berkata,”tidak apa apa, dia menangis, ayo ikut saja denganku”. Akhirnya perempuan tersebut ikut berjalan dibelakang Lalu De. Kata Lalu De: “ikuti aku berjalan, kemana langkah kakiku itu harus kamu ikuti dan kamu injak bekasnya”. Maka perempuan tersebut melangkah dibelakangnya tidak berani menengok ke yang lain karena khawatir salah menginjak. Beberapa saat kemudian Lalu De berhenti melangkah, perempuan itu tiba-tiba melihat sebuah rumah besar lagi indah yang memiliki pengawal atau penjaga. Perempuan itu terdiam di luar terkagum kagum karena baru pertama kali melihat rumah seperti istana raja. Lalu De kemudian berkata:”Inilah yang namanya Baghdad, tunggu saya di luar, aku akan masuk ke dalam”. Beberapa lama kemudian Lalu De keluar dari istana kemudian mengajaknya pulang seperti cara kedatangannya tadi. Tiba-tiba sudah sampai di rumah. Sebelum berpisah maka Lalu De berpesan:”Jagan kamu bercerita ya, karena kalau kamu bercerita maka bisa memendekkan umur dan cepat mati”.”Ya” kata perempuan itu. Ketika dilihat datang oleh orang banyak maka perempuan tersebut langsung ditanya: “Hai, sudah kemanakah kamu meninggalkan anakmu, apakah dia tidak akan menangis nanti sebab lama sekali kamu tinggal?” Maka perempuan tersebut mengoceh bercerita: “Saya sudah diajak jalan oleh Lalu De ke sebuah desa yang sangat indah. Kata lalu De daerah itu bernama Budad, Oh, orang banyak menyahut:” Bughdad”, Ya, maksudku Bughdad kata perempuan itu. Karena bercerita tentang rahasia Tuhan maka tidak berapa lama perempuan tersebut dicabut umurnya oleh Allahu Ta’ala. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Demikianlah sebuah cerita yang saya (TGH.Muhammad Najmuddin Makmun) terima dari seorang yang saleh, sahabat dekat Lalu De.
Pada kesempatan lain Lalu De berkata kepada salah seseorang yang akan berangkat haji ke Mekkah:”Besok tunggu aku di Mekkah di dalam Masjidil Haram pada hari ini dan tanggal ini (sambil menyebutkan hari dan tanggal) aku akan kesana nanti”. Benar juga begitu tiba pada hari dan tanggal dia disuruh menunggu itu, datanglah satu rombongan jamaah haji masuk kedalam Masjidil Haram, dikawal oleh petugas-petugas. Kata orang banyak:”Raja Baghdad telah tiba, Raja Baghdad datang berhaji”. Begitu orang Lombok itu mendekat maka dia diajak berbicara:”Aku ini Lalu Gede, kalau di Baghdad namaku Sayyid Abu Rijal”.

Begitulah perjalanan kehidupan para Wali Allah. Di satu tempat namanya berbeda dengan di tempat lain. Disini namanya lain, padahal raga hanya satu adanya. Namun bisa dilihat orang menjadi banyak. Kesemuanya tergantung tingkat karamah masing-masing Wali tersebut. Seperti yang di tegaskan oleh Syekh Ibrahim al-Laqqaniy:
“Nyatakanlah dengan pasti akan adanya kekeramatan bagi para Wali Allah itu. Dan Barangsiapa yang menyatakan bahwa karamah para Wali itu tidak ada maka buanglah pernyataan itu”
Begitulah kata Syeikh Ibrahim al-Laqqaniy dalam Matn al-Jauharah

{Dikutip dari Kitab Rahasia Teganang Gining (Berkeliling Mencari Sesuap Nasi)} Jilid I, Ma’had Darul Muhajirin al-Islamiy Praya Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat, 1425/2004. H; 26-28 diterjemahkan oleh Abdul Bari N. dan Hj. Mardhatillah 11 februari 2009


Kisah Pengajian Ghaib TGH. Sakaki Umar dengan Waliyulloh Lalu Gede(TG. Abdullah) Mambal

Dalam suatu pengajian yang dihadiri oleh para orang tua di suatu kampung, TGH. Sakaki Umar pendiri Pondok Pesantren Ad Diinul Qayyim Kapek Gunungsari membuka pengajian dengan membahas masalah sholat. Pada saat membahas masalah sholat tersebut kemudian dia membacakan suatu hadits yang artinya: “Siapa-siapa yang meninggalkan sholat secara sengaja maka ia adalah kafir yang nyata.”(Al Hadits)
Untuk menekankan hadits yang telah dibaca tersebut, TGH.Sakaki Umar menambahkan dengan kata-kata: “siapa-siapa, siapapun orangnya adalah sama di dalah hukum”.                                                                                                    
Salah seorang jamaah yang hadir ketika itu bertanya:” jadi Tuan Guru, Siapa-siapa yang meninggalkan sholat secara sengaja maka ia adalah kafir?”  dijawab oleh TGH. Sakaki umar dengan jawaban yang sama:” siapa-siapa, siapapun orangnya adalah sama di dalah hukum”.
Jamaah yang bertanya tadi kemudian melanjutkan pembicaraannya;” dulu Lalu Gede (TG. Abdullah*) yang di Mambal itu disaat waktu sholat Jum’at tiba, dia tidak melakukan sholat malah dia membuat mainan anak-anak seperti Layang-layang, kincir dan lain-lain”.
TGH. Sakaki Umar menjawab:” siapapun jua, jangankan Cuma Lalu Gede itu, siapapun sama!.”
Pada malam harinya disaat sedang berdzikir khusuk di rumahnya dan sudah memasuki alam Sirri (pikiran tertuju hanya kepada Alloh SWT semata dan melupakan alam dunia yang fana ini), TGH. Sakaki Umar di datangi oleh seseorang yang belum pernah di kenal selama ini. Kemudian terjadilah dialog:
TGH. Sakaki Umar     :”Siapa anda?”
Lalu Gede                     :”saya adalah orang yang anda anggap kafir itu, yang perlu anda ketahui  bahwa saya tidak cocok sujud(sholat) di Lombok ini”.
Kemudian Lalu Gede balik bertanya :” apa yang anda ajarkan?”.
TGH. Sakaki Umar     :”Kitab Riyadus Sholihin”
Lalu Gede                   :”buka kitab anda, sekarang saya ajarkan!”
Pada saat itu juga TGH. Sakaki Umar di ajarkan kitab Riyadus Sholihin oleh Lalu Gede sampai
Khotam. Setelah khotam kitab Riyadus Sholihin kemudian dilanjutkan dengan belajar Imlak
(belajar menulis bahasa Arab secara benar atau menulis kaligrafi Arab indah) pada malam itu
juga.

Mulai malam itu sampai 7 malam selanjutnya, kamar yang dipakai pertemuan tersebut masih mengeluarkan aroma yang sangat wangi yang berbeda dari aroma wewangian yang di perjual belikan di toko-toko ataupun di swalayan.

Sejak kejadian alam ghaib yang di alami oleh TGH. Sakaki Umar tersebut, itulah awal mula terjalin hubungan silaturrahmi ghaib yang sangat intens antara kedua tokoh tersebut. Sehingga ketika TGH. Sakaki Umar akan berangkat menunaikan ibadah haji kembali ke Makkah, beliau pergi berziarah kemakam Lalu Gede (TG. Abdullah). Beliau merasa sangat segan/pakewuh bila tidak berkunjung menziarahi makam Lalu Gede tersebut. Hal ini beliau lakukan hingga akhir hayat TGH. Sakaki Umar.

Kisah ini dituturkan oleh TGH. Abdul Wahid, M.Si (santri yang sering mendampingi TGH. Sakaki Umar kemanapun pergi termasuk yang mengantarkan TGH. Sakaki Umar berziarah ke makam Lalu Gede di Makam Batu Riti  Mambalan Gunungsari). (Alfuad Gapuki)

*ketika peristiwa tersebut berlangsung, Lalu Gede(TG. Abdullah) sudah wafat semasa penjajahan Belanda dan TGH. Sakaki Umar belum tahu siapa itu Lalu Gede.

Tambahan informasi tentang Lalu Gede
Datu lopan (TGH. Lalu Muhammad Shaleh) selama masih hidup seringkali datang berkunjung ke Mambalan menemui Tuan Guru Abdullah (Lalu Gede). Kedua Waliyulloh ini masih ada hubungan keluarga.

Datu lopan dan Lalu Gede di dalam buku manakib 15 ulama sufi Indonesia masing-masing lebih dikenal dengan nama Al habib Muh. Shaleh Lopan Lombok dan  Al Habib Abdullah Lombok. Selain kedua ulama tersebut, tercatat pula tiga ulama lainnya yang berasal dari lombok masing-masing TGH. Badrul Islam (putra Tuang Guru Umar Kelayu), TGH. Ali Batu Sakra dan syekh An Nahwawi Ampenan.

dikutip dari buku: Tuan Guru Lopan: Waliyullah dengan Kiprah dan Karomahnya oleh Drs.H.Lalu Muhammada Azhar, SH.,M.Si, Cakra Darma Aksara, Mataram,edisi 2010

2 comments:

 
 
Blogger Templates